
Mayoritas Bursa Asia Ditutup Hijau, Nikkei-Hang Seng Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup menguat pada perdagangan Rabu (30/6/2021), meskipun indeks manajer pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) China untuk sektor manufaktur pada Juni 2021 dilaporkan melemah.
Tercatat indeks Shanghai Composite China ditutup menguat 0,5% ke level 3.591,20, Straits Times Singapura melesat 1,45% ke posisi 3.130,46, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,3% menjadi 3.296,68, dan Indeks Harga Saham Gabungan bertambah 0,61% ke level 5.985,49.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan Nikkei Jepang ditutup melemah pada hari ini. Hang Seng ditutup melemah 0,57% ke level 28.827,95, sedangkan Nikkei berakhir turun tipis 0,07% ke posisi 28.791,53.
Pasar saham Singapura ditutup melesat lebih dari 1%, setelah bank sentral negara itu mengatakan pertumbuhan ekonomi tahunan bisa melampaui perkiraan.
Kepala Otoritas Moneter Singapura, Ravi Menon mengatakan pertumbuhan ekonomi Negeri Singa dapat melebihi perkiraan resmi di angka 4% hingga 6% pada tahun ini.
Optimisme ini didukung oleh permintaan global yang mengalami kenaikan dan kemajuan vaksinasi di Singapura.
Dari China, data aktivitas manufaktur dan jasa yang tergambarkan di indeks manajer pembelian (PMI) periode Juni 2021 tercatat turun. NBS melaporkan PMI manufaktur Negeri Panda turun sedikit menjadi 50,9 pada Juni, dari sebelumnya pada Mei lalu di angka 51.
Angka ini sesuai dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan PMI manufaktur China turun ke angka 50,9. Walaupun turun sedikit, namun PMI manufaktur China masih ekspansif.
Sementara untuk PMI Jasa China turun ke angka 53,5 pada Juni, dari sebelumnya pada Mei lalu di angka 55,2.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka tandanya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.
Hal itu terjadi karena kasus virus corona (Covid-19) yang kembali meningkat di Cina Selatan menyebabkan pemulihan sektor konsumsi China cenderung tertahan.
Analis mengatakan pemulihan ekonomi China bergerak ke arah yang lebih merata, karena sektor konsumsi dan jasa mengejar ekspor dan manufaktur.
Secara umum, pelaku pasar global memantau data tenaga kerja AS di penghujung pekan ini, dengan berharap bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan dipaksa untuk mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter lebih cepat dari rencana semula.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
