Analisis Teknikal

Bukan PPKM Darurat, Ini Biang Keladi Rupiah Susah Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 June 2021 08:17
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah nyaris menyentuh Rp 14.500/US$ pada perdagangan Selasa kemarin akibat tekanan dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, sempat beredar isu lockdown di Jakarta akibat lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19). Tetapi lockdown kemungkinan tidak akan dilakukan, tetapi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat.

Meski lebih ketat dari PPKM Mikro saat ini, tetapi setidaknya tidak dilakukan lockdown yang lebih ketat lagi, sehingga bisa menjadi kabar baik bagi pelaku pasar, dan tidak menutup kemungkinan membawa rupiah ke zona hijau hari ini, Rabu (30/6/2021) setelah melemah 0,28% ke Rp 14.480/US$ kemarin. 

Kemungkinan Jakarta tidak menerapkan lockdown diungkapkan oleh Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono. 

"Saya sudah sarankan PSBB diperketat, lockdown sulit," katanya Selasa kemarin.

Meski demikian, tekanan bagi rupiah yang lebih kuat sebenarnya datang dari eksternal. Indeks dolar AS kemarin kembali menguat 0,18%, dan kini sudah mencatat penguatan dalam 5 hari beruntun.

Penguatan indeks dolar AS kemarin terjadi setelah salah satu dewan gubernur bank sentral AS (The Fed), Christopher Waller mengatakan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) bisa dilakukan secepatnya di tahun ini, dan suku bunga bisa dinaikkan akhir tahun depan.

Waller menjadi salah satu pejabat The Fed yang sangat optimistis akan pemulihan ekonomi dan sangat hawkish dalam meramu kebijakan moneter.

"Tingkat pengangguran secara substansial harus menurun, atau inflasi akan terus berada di level tinggi sebelum kita menaikkan suku bunga di 2022. Saya tidak mengesampingkan hal tersebut," kata Waller pada Bloomberg TV sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (30/6/2021).

Tapering dan kenaikan suku bunga merupakan paket komplit yang bisa membuat dolar AS perkasa. Meski demikian pelaku pasar juga menanti rilis data tenaga kerja AS Jumat nanti, sehingga penguatan dolar AS masih tertahan.

Secara teknikal, rupiah akhirnya mengakhiri perdagangan di atas Rp 14.450/US$, artinya risiko menembus Rp 14.500/US$ semakin besar.

Rupiah memang sudah mendapat kabar buruk setelah setelah bergerak di atas 3 rerata pergerakan (Moving Average/MA), yakni MA 50 hari, MA 100 hari dan MA 200 hari. Untuk kembali bisa membuka tren penguatan rupiah harus menembus MA terdekat yakni MA 50 di kisaran Rp 14.330/US$

Stochastic pada grafik harian berada di level 65 atau belum mencapai wilayah overbought.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya, ketika belum mencapai overbought, tekanan bagi rupiah cukup besar.

Selama tertahan di atas Rp 14.450/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.500/US$. Jika level tersebut juga dilewati, target pelemahan selanjutnya di Rp 14.530 hingga Rp 14.550/US$.

Meski demikian, tidak menutup kemungkinan rupiah mampu menguat pada perdagangan hari ini, dengan support terdekat di Rp 14.450/US$. Jika mampu menembus support tersebut, rupiah berpeluang menguat lebih jauh ke Rp 14.400/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular