Bursa Asia Dibuka Berguguran, Indeks Nikkei Paling Parah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
29 June 2021 08:46
A man looks at an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan Selasa (29/6/2021), di tengah menguatnya indeks saham S&P 500 dan melesatnya Nasdaq Composite hingga menyentuh rekor tertinggi barunya pada perdagangan Senin (28/6/2021) waktu setempat.

Tercatat indeks Nikkei Jepang ambles 1,11%, Hang Seng Hong Kong turun 0,14%, Shanghai Composite China terpangkas 0,21%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,3%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,17%.

Dari Jepang, beberapa data ekonomi telah dirilis pada pagi hari ini. Berdasarkan data dari Trading Economics, tingkat pengangguran Jepang tercatat naik menjadi 3% pada Mei 2021, dari sebelumnya pada April 2021 di level 2,8%.

Selain data tingkat pengangguran, Jepang juga telah merilis data penjualan ritel pada periode Mei 2021. Trading Economics menunjukkan penjualan ritel Negeri Sakura turun menjadi 8,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2020 sebesar 11,9%.

Secara bulanan (month-on-month/MoM), penjualan ritel Negeri Sakura tumbuh lebih baik, walaupun masih berkontraksi atau tumbuh negatif, yakni menjadi -0,4% dari sebelumnya pada April lalu sebesar -4,6%.

Investor juga akan memantau saham teknologi di Asia, setelah indeks Nasdaq Composite di bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street melesat 0,98% ke rekor tertinggi barunya di level 14.500,51.

Berikutnya, indeks S&P 500 juga ditutup menguat 0,23% ke level 4.290,61. Namun untuk indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,44% menjadi 34.283,27.

Saham teknologi memimpin penguatan bursa Wall Street pada perdagangan kemarin, di mana saham Apple dan Salesforce melesat lebih dari 1%.

Sedangkan Facebook melonjak lebih dari 4%, setelah pengadilan federal AS menolak kasus antimonopoli terhadap perusahaan dari Komisi Perdagangan Federal dan ditutup dengan kapitalisasi pasar di atas US$1 triliun.

Sementara untuk saham semikonduktor yakni Nvidia meroket 5% dan Broadcom melonjak lebih dari 2%.

Penguatan saham teknologi AS didorong oleh penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang turun ke level 1,48%, mengindikasikan bahwa ekspektasi kupon yang harus dibayar emiten obligasi bakal kian melandai. Kondisi tersebut bakal meringankan beban emiten teknologi yang masif menerbitkan surat utang.

Berkebalikan dengan saham teknologi, saham pembuat pesawat, Boeing membebani Dow Jones kemarin, di mana sahamnya jatuh lebih dari 3% setelah regulator penerbangan AS menyatakan tak akan memberikan sertifikasi pesawat jarak jauhnya sampai dengan tahun 2023.

Di lain sisi, pelaku pasar global akan memantau data tenaga kerja per Juni pada Jumat (2/6/2021) mendatang, di mana slip gaji di luar sektor pertanian per Juni diprediksi 683.000 unit, menurut konsensus ekonom dalam polling Dow Jones. Angka itu melesat dibandingkan dengan posisi Mei sebanyak 559.000.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular