
Wall Street Dibuka Variatif, Nasdaq Menguat 90 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka variatif pada perdagangan Senin (28/6/2021), di mana saham-saham teknologi gantian unjuk gigi di tengah pelemahan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun melemah 1,51% yang mengindikasikan bahwa ekspektasi kupon yang harus dibayar emiten obligasi bakal kian melandai. Kondisi tersebut bakal meringankan beban emiten teknologi yang masif menerbitkan surat utang.
Indeks Dow Jones Industrial Average tertekan 38,3 poin (-0,11%) pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan selang 30 menit kian buruk menjadi minus 104,5 poin (-0,3%) ke 34.329,32. S&P 500 naik 2,4 poin (+0,06%) ke 4.283,11 dan Nasdaq tumbuh 94,1 poin (+0,66%) ke 14.454,45.
Dow Jones lompat 163 poin, S&P 500 bertambah 0,5% dan Nasdaq naik 0,8% ke titik tertinggi baru, memperbaiki rekor tertinggi baru yang dicetak pada 29 April kemarin. Pelaku pasar memburu kembali saham teknologi di tengah masih adanya ancaman pandemi terhadap ekonomi.
Saham produsen pesawat Boeing menjadi pemberat indeks Dow Jones, dengan koreksi harga saham sebesar 2% setelah regulator penerbangan AS menyatakan tak akan memberikan sertifikasi pesawat jarak jauhnya sampai dengan tahun 2023.
Di luar itu, kesepakatan infrastruktur bipartisan menunjukkan kemajuan setelah Presiden AS Joe Biden pada Sabtu menegaskan bahwa dia tidak berencana mem-veto legislasi stimulus yang disokong senator dari partai Demokrat dan Republik tersebut.
Stimulus terbaru ini akan menyediakan dana masif untuk pembangunan jalan, jembatan, saluran irigasi dan jaringan internet peta lebar (broadband). Politisi partai Demokrat mengajukan stimulus tambahan yang memberi pendanaan ekstra untuk isu perubahan iklim, kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan anak.
"Program ini di jangka pendek dan panjang membantu pembukaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan laba bersih korporasi dan meningkatkan kemampuan AS bersaing dengan negara lain di abad 21 yang hiperkompetitif," tulis John Stoltzfus, Kepala Perencana Investasi Oppenheimer Asset Management, di laporan riset yang dikutip CNBC International.
Pasar saham mencetak kinerja apik setelah investor kian yakin bahwa inflasi sekarang tak membahayakan ekonomi karena bersifat sesaat. Reli terjadi bahkan setelah inflasi Mei dilaporkan mencapai 3,4%, menjadi laju yang tercepat sejak awal 1990-an.
Indeks S&P 500 pada Jumat kemarin mencetak rekor tertinggi baru pada 4.280,7, sementara Dow Jones lompat 237 poin dan terpaut 2% dari rekor tertingginya. Nasdaq di sisi lain justru melemah pada Jumat, sehingga reli sepekan terhitung 2,35%, masih yang terbaik sejak 9 April.
Pelaku pasar akan memantau data tenaga kerja per Juni pada Jumat nanti, di mana slip gaji di luar sektor pertanian per Juni diprediksi 683.000 unit, menurut konsensus ekonom dalam polling Dow Jones. Angka itu melesat dibandingkan dengan posisi Mei sebanyak 559.000.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir