Mayoritas Bursa Asia Pagi Ini Flat, Nikkei Sedang Tertekan

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
28 June 2021 08:55
A man is reflected on an electronic board showing a graph analyzing recent change of Nikkei stock index outside a brokerage in Tokyo, Japan, January 7, 2019. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka menguat cenderung flat pada perdagangan Senin (28/6/2021), di tengah perlambatan data laba industri China pada Mei 2021 dan penguatan bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (25/6/2021) akhir pekan lalu.

Tercatat indeks Shanghai Composite China dibuka menguat 0,13%, Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,01%, Straits Times Singapura tumbuh 0,3%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,15%.

Sementara untuk indeks Nikkei Jepang pagi hari ini terpantau melemah 0,15%.

Pada Minggu (27/6/2021) kemarin, Biro Statistik Nasional (National Bureau Statistic/NBS) China melaporkan laba di perusahaan industri China turun menjadi 83,4% pada periode Mei dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 sebesar 106,1%.

Beralih ke AS, bursa saham Wall Street ditutup menghijau pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu, karena pelaku pasar memperkirakan inflasi tinggi hanya sementara saja di tengah pemulihan ekonomi AS.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 0,69% ke level 34.433,84 dan S&P 500 menguat 0,33% ke 4.280,70. Meski begitu, Nasdaq Composite turun 0,06%, menjadi 14.360,39.

Bursa AS pulih pada pekan ini karena investor menyambut pernyataan dari bos bank sentral The Fed, Jerome Powell. Ia mengisyaratkan tidak ada rencana mendadak dalam kebijakan mereka.

"Fed mengindikasikan optimisme tentang inflasi," kata Chris Low dari FHN Financial dikutip dari Reuters.

"Saat ini, tidak ada cara untuk mengetahui dengan pasti mana yang lebih dekat dengan kebenaran." tambah Low

Di lain sisi, hasil uji himpitan (stress test) terhadap 23 lembaga keuangan AS, yang menunjukkan bahwa mereka "jauh di atas" batas minimum modal wajib jika skenario pemburukan ekonomi terjadi. Keputusan itu memungkinkan bank AS leluasa membagi dividen dan membeli kembali (buyback) saham di pasar.

Pasar juga bakal memantau nasib stimulus infrastruktur. Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa Gedung Putih bakal meneken kesepakatan infrastruktur dengan senator bipartisan-sebutan untuk politisi yang duduk semeja meski beda partai.

Paket stimulus senilai US$ 1 triliun itu bakal melaju ke Kongres jika kedua belah pihak menyepakati, termasuk di antaranya belanja transportasi seperti jalan, jembatan, rel kereta, infrastruktur mobil listrik senilai US$ 579 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular