
Corona RI Mengkhawatirkan, Harga Mayoritas SBN Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) berbalik menguat pada perdagangan Jumat (25/6/2021), karena investor mulai merespons negatif terkait perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia.
Mayoritas investor kembali ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan penurunan imbal hasilnya (yield) di hampir seluruh tenor SBN. Namun di obligasi pemerintah jangka panjang yakni SBN bertenor 30 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield dan pelemahan harga.
Yield SBN bertenor 30 tahun dengan seri FR0089 naik sebesar 0,8 basis poin (bp) ke lebel 6,907% pada hari ini. Sedangkan untuk SBN dengan jatuh tempo 25 tahun berseri FR0067 cenderung stagnan di level 7,299%.
Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan obligasi acuan negara kembali turun signifikan sebesar 8,3 bp ke level 6,527%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Perkembangan pandemi Covid-19 di Tanah Air yang semakin mengkhawatirkan membuat investor kembali memburu SBN berjangka pendek hingga menengah. Kementerian Kesehatan melaporkan total pasien positif corona di Indonesia berjumlah 2.05 juta orang.
Mudik lebaran dan kehadiran virus corona varian baru membuat penyebaran menjadi lebih cepat dan luas. Sistem pelayanan kesehatan nasional pun semakin kewalahan. Beban sistem pelayanan kesehatan tercermin dari angka kasus aktif.
Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) kembali mengalami kenaikan pada hari ini, jelang rilis data inflasi Negara Paman Sam pada Jumat pagi waktu AS.
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun naik sebesar sebesar 0,5 bp ke 1,492% pada pukul 06:40 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Kamis (24/6/2021) di level 1,487%.
Departemen Perdagangan AS akan merilis indeks pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditure/PCE) inti pada periode Mei pukul 08:30 waktu AS. Ekonom dalam polling Dow Jones mengekspektasikan indeks PCE Mei menguat 3,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), dan 0,6% secara bulanan (month-on-month/MoM).
Indeks PCE mencerminkan perubahan harga barang dan jasa. Indeks ini juga dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur tingkat inflasi yang lebih luas karena dapat memantau perubahan perilaku konsumen dan memiliki cakupan yang lebih luas daripada indeks harga konsumen (IHK).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi