
Rupiah PHP! Menguat Tajam di Awal, Melempem Kemudian

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terlihat meyakinkan di pembukaan perdagangan Jumat (25/6/2021) dengan menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Tetapi tidak lama, penguatan tersebut terpangkas bahkan sempat berbalik melemah. Kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang melonjak di Indonesia membuat rupiah tertekan.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,24% ke Rp 14.400/US$. Kurang dari 1 setelahnya, rupiah sudah stagnan, kemudian melemah 0,07% ke Rp 14.445/US$.
Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.430/US$ menguat tipis 0,03% di pasar spot.
Di sisa perdagangan hari ini, rupiah masih cukup sulit untuk mempertebal penguatan, melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan hari ini.
Periode | Kurs Pukul 8:54 WIB | Kurs Pukul 11:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.426,60 | Rp14.431,5 |
1 Bulan | Rp14.464,90 | Rp14.480,9 |
2 Bulan | Rp14.513,80 | Rp14.531,0 |
3 Bulan | Rp14.575,50 | Rp14.588,0 |
6 Bulan | Rp14.719,80 | Rp14.738,0 |
9 Bulan | Rp14.850,00 | Rp14.879,2 |
1 Tahun | Rp15.028,00 | Rp15.050,2 |
2 Tahun | Rp15.757,20 | Rp15.757,2 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Lonjakan kasus Covid-19 hingga mencetak rekor di Indonesia membuat rupiah sulit untuk menguat. Tidak sekedar mencetak rekor, tetapi menembus angka 20.000 per hari, naik jauh dari hari sebelumnya yang masih di kisaran 15.000.
Kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan, total pasien positif corona di Indonesia per 24 Juni 2021 berjumlah 2.053.995 orang. Bertambah 20.574 orang dari hari sebelumnya, rekor tertinggi penambahan kasus harian sejak kasus perdana diumumkan pada awal Maret 2020.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 12.007 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 6.314 orang saban harinya.
Yang lebih mengkhawatirkan, bed occupancy rate (BOR) atau ketersediaan tempat tidur Rumah Sakit (RS) memasuki masa kritis. Khususnya di wilayah DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Hal ini disampaikan oleh Maxi Rein Rondonuwu, Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit & Plt, Ditjen P2P Kemenkes RI dalam diskusi di Youtube Kemominfo, Rabu (23/6/2021).
"BOR di nasional memang belum sampai 50%, 40-an % tapi kota-kota tertentu termasuk DKI sudah kritis, Jawa Tengah, Kudus dan sekitarnya, Jawa Timur sudah mulai kritis, ini kan berbahaya itu," ungkapnya.
Khusus untuk DKI Jakarta, hingga 23 Juni, total tempat tidur yang disiapkan pada 140 RS yang merawat Covid-19 di Jakarta, sebanyak 9.852 tempat tidur isolasi yang saat ini terisi 90% atau 8.874 pasien, lalu sebanyak 1.218 tempat tidur ICU yang kini terisi 86% atau 1.048 pasien, menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia.
Kabar tersebut tentunya memberikan sentimen negatif ke pasar finansial, apalagi DKI Jakarta kemarin mencata rekor penambahan kasus sebanyak 7.505, ada kemungkinan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang lebih ketat akan diterapkan. Hal tersebut tentunya berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
