Melesat Nyaris 1%, Dolar Singapura Sentuh Rp 10.755

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 June 2021 14:30
Singapore currency notes are seen through a magnifying glass among other currencies in this photo illustration taken in Singapore April 12, 2013. REUTERS/Edgar Su
Foto: REUTERS/Edgar Su

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat tajam melawan rupiah pada perdagangan Kamis (7/6/2021). Rupiah sedang mengalami tekanan pasca pengumuman kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) dini hari tadi.

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi tadi melesat nyaris 1% ke Rp 10.755,47/SG$. Penguatan tersebut sedikit terpangkas menjadi 0,73% di Rp 10.728,71/SG$.

Bank sentral AS (The Fed) membuat rupiah mengalami tekanan setelah memproyeksikan akan menaikkan suku bunga sebanyak 2 kali pada tahun 2023. Proyeksi tersebut lebih cepat dari yang diberikan bulan Maret lalu, yakni pada tahun 2024.

Selain itu, beberapa anggota The Fed juga melihat kemungkinan suku bunga naik di tahun depan. The Fed terkesan agresif dalam rapat kebijakan moneter kali ini, yang membuat aliran modal berisiko keluar dari negara emerging market dan kembali ke Amerika Serikat.

Rupiah pun mengalami tekanan cukup kuat, meski tidak seperti yang ditakutkan pasar yakni taper tantrum. Padahal The Fed sudah mengindikasikan mulai membahas tapering. Dan dengan proyeksi suku bunga yang naik lebih cepat, ada kemungkinan tapering juga akan dilakukan di semester II tahun ini.


Sementara itu Bank Dunia dalam laporan terbarunya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia belum mampu tumbuh di angka 5% seperti tren pertumbuhan lima tahun terakhir. Namun untuk jangka yang lebih panjang, pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal bakal kembali naik ke angka 5% per tahun.

Dalam laporan yang bertajuk Indonesia Economic Prospect, Bank Dunia meramal output perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh 4,4% tahun ini.

Di sisi lain, Survei yang dilakukan Bank sentral Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) terhadap para ekonom menunjukkan proyeksi PDB tumbuh 6,5% di tahun ini. Proyeksi tersebut jauh lebih tinggi ketimbang survei bulan Maret sebesar 5,8%.

Meski para ekonom yang disurvei tersebut menaikkan proyeksinya, tetapi pendapat tersebut bukan merupakan proyeksi MAS.

Proyeksi kenaikan PDB tersebut ditopang ekspor non-minyak yang diprediksi tumbuh 7,5% lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya 6,9%.

Singapura merupakan negara yang mengandalkan ekspor guna memutar roda perekonomiannya. Pada 2019, rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura adalah 104,91%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia. Artinya, ketika ekspornya mulai pulih, maka pertumbuhan ekonomi juga akan bangkit.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Tertekan, Rupiah Bisa Sentuh Rp 14.800/USD di Q2-2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular