
Duh, IHSG Merah di Sesi 1 Padahal Asing Cetak Net Buy

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tersungkur ke teritori negatif pada penutupan perdagangan sesi pertama Kamis (17/6/2021), tercekam kekhawatiran di pasar global terkait rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.065,403 atau berkurang 13,2 poin (-0,22%) setelah sempat mencoba menguat dan menyentuh level tertinggi 6.082,292. IHSG hanya berada di zona hijau sekitar 20 menit.
Sejak awal perdagangan IHSG dibuka terkoreksi dan bahkan sempat menyentuh level terendah harian di 6.034,827. Di tengah situasi kekhawatiran demikian, investor asing memanfaatkan kesempatan dengan melakukan pembelian bersih (net buy) senilai Rp 63,9 miliar.
Nilai transaksi bursa sedikit menguat yakni di kisaran Rp 7 triliun yang melibatkan 15 miliaran saham dalam transaksi sebanyak 700.000-an kali. Sebanyak 309 saham melemah, 165 lainnya naik, dan 157 sisanya stagnan.
Aksi beli asing di tengah kenaikan nilai transaksi menandakan bahwa investor global yang bermain di pasar modal nasional menganggap koreksi yang saat ini adalah buah dari ketakutan tak berdasar. Pola transaksi seperti ini bukanlah bentukĀ taper tantrum (yang ditandai dengan penarikan dana asing dari bursa negara berkembang seperti Indonesia).
Rapat bank sentral AS memang mengubah sikap dengan mempercepat rencana penaikan suku bunga acuan pada 2023 sebanyak dua kali. Namun, rentang waktu tersebut masih panjang karena baru dijalankan dua tahun dari sekarang. Di sisi lain Federal Reserve (The Fed) menyatakan belum akan melakukan pengurangan pembelian obligasi dalam waktu dekat.
Saham yang masih diburu asing terutama adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai pembelian masing-masing sebesar Rp 101,6 miliar dan Rp 69,9 miliar. Saham MDKA melesat 6,9% ke Rp 3.110, sedangkan BMRI tertekan 0,8% menjadi Rp 6.225/saham.
Sebaliknya, aksi jual asing terutama menimpa saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai penjualan masing-masing sebesar Rp 30,5 miliar dan Rp 14,2 miliar. Keduanya terkoreksi masing-masing sebesar 1,9% dan 0,9% menjadi Rp 5.275 dan Rp 31.625/unit.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masih merajai transaksi dengan nilai Rp 736,4 miliar diikuti saham PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) sebesar Rp 619,5 miliar. Saham BBRI menguat 0,5% ke Rp 4.030 sementara FREN melesat nyaris 15% menjadi Rp 123/saham.
Aksi jual di bursa AS dipicu saham-saham teknologi yang selama ini menjadi sasaran beli ketika ekonomi sedang tergeletak tak berdaya, karena mereka menjanjikan pertumbuhan. Oleh karenanya, rencana The Fed membalik keadaan meski baru dijalankan 2 tahun ke depan digunakan oleh pemodal untuk melakukan aksi ambil untung.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1