Gegara Dolar AS Menguat Harga Minyak Drop, tapi Masih Tinggi

Tirta, CNBC Indonesia
17 June 2021 11:45
tambang minyak lepas pantail
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Stance kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) yang menjadi lebih 'hawkish' membuat dolar AS menguat dan menekan harga minyak meskipun stok si emas hitam di Negeri Paman Sam mengalami penurunan. 

Kamis (17/6/2021), harga kontrak minyak mentah berjangka melemah setengah persen. Kontrak Brent turun ke US$ 73,98/barel dan kontrak West Texas Intermediate (WTI) drop ke US$ 71,77/barel. 

Berdasarkan proyeksi The Fed pertumbuhan ekonomi AS diprediksi bakal mencapai 7% tahun ini. Ada revisi naik 50 basis poin (bps) dari perkiraan sebelumnya di bulan Maret 6,5%. 

Tingkat pengangguran diramal tetap di 4,5%. Namun untuk inflasi ada revisi naik sebesar 100 bps dari 2,4% menjadi 3,4% tahun ini. Bos The Fed Jerome Powell memperkirakan kenaikan harga hanya akan bersifat sementara. 

Namun yang menarik adalah jika sebelumnya The Fed tak terlihat bakal menaikkan suku bunga acuan pada 2023, berdasarkan proyeksi terbarunya The Fed bakal menaikkan suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,6% atau setara dengan dua kali peningkatan. 

Usai rilis angka proyeksi tersebut, dolar AS langsung menguat ke level tertinggi 15 bulan dan membuat aset lain terutama komoditas yang dibanderol dalam greenback seperti emas dan minyak ambles.

"Pasar energi menjadi begitu terpaku pada musim perjalanan musim panas yang kuat dan pembicaraan kesepakatan nuklir Iran sehingga mereka agak dibutakan oleh kejutan hawkish The Fed," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA kepada Reuters. 

Namun, penurunan harga minyak terbatas karena data dari Administrasi Informasi Energi (EIA) AS menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS turun tajam pekan lalu. Hal ini disebabkan karena peningkatan aktivitas operasional kilang ke level tertinggi sejak Januari 2020 yang menandakan ada peningkatan permintaan yang berkelanjutan.

Data EIA menunjukkan stok minyak mentah AS turun 7,35 juta barel pekan lalu. Penurunan ini jauh lebih besar dari penyusutan minggu sebelumnya sebesar 5,24 juta barel dan perkiraan analis di 3,29 juta barel.

Harga minyak juga terbantu dengan peningkatan produksi kilang di China. Sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia produksi kilangnya naik 4,4% pada Mei dari bulan yang sama tahun lalu.

"Pullback harga minyak ini seharusnya bersifat sementara karena fundamental pada sisi penawaran dan permintaan seharusnya bisa dengan mudah mengkompensasi rebound dolar," kata Moya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular