Sikap Investor Kembali Beragam, Harga SBN Ditutup Mixed

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
16 June 2021 18:55
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup beragam pada perdagangan Rabu (15/6/2021), di tengah antisipasi investor atas pernyataan pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait arah kebijakan moneter ke depan pada malam nanti.

Sikap investor cenderung beragam. Di SBN bertenor 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun, dan 15 tahun ramai dikoleksi investor dan mengalami penguatan harga disertai dengan penurunan imbal hasilnya (yield). Sedangkan sisanya cenderung dilepas oleh investor dan mengalami pelemahan harga diikuti dengan kenaikan yield-nya.

Yield SBN bertenor 3 tahun dengan kode FR0039 menjadi penurunan yield yang terbesar pada hari ini, yakni turun sebesar 13,9 basis poin (bp) ke level 4,557%. Sementara kenaikan yield terbesar terjadi di SBN bertenor 10 tahun yang merupakan obligasi acuan negara, yakni naik sebesar 4,2 bp ke 6,46%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari Negeri Sam, yield obligasi pemerintah (US Treasury) acuan kembali turun pada pra pembukaan (pre-opening) perdagangan Rabu pagi waktu AS, jelang pengumuman hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun turun 0,3 basis poin ke level 1,496% pada pukul 03:40 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan pasar Selasa (15/6/2021) kemarin di level 1,499%. Hasil rapat FOMC sekaligus kebijakan moneter The Fed akan diumumkan pagi hari waktu AS atau malam nanti (WIB).

Suku bunga acuan diprediksi tak berubah, tetapi pasar memantau komentar para pejabatnya seputar inflasi dan kemungkinan pengurangan pembelian (tapering) surat berharga di pasar sekunder.

The Fed juga akan merilis proyeksi baru yang bisa mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan pertama kali pada 2023. Sebelumnya, pejabat The Fed belum mencapai kesepakatan mengenai peluang kenaikan pada tahun tersebut.

Scott Ruesterholz, manajer portofolio di Insight Investment mengatakan pada Selasa kemarin bahwa ini adalah salah satu pertemuan The Fed yang paling penting dalam beberapa waktu karena komite menyeimbangkan aspek-aspek dari mandat ganda ini.

"Ada sejumlah besar ketidakpastian, di mana besaran inflasi didorong oleh faktor-faktor sementara, seperti gangguan rantai pasokan dan seberapa banyak pertumbuhan pekerjaan yang lebih lambat didorong oleh langkah-langkah sementara seperti peningkatan tunjangan pengangguran," kata Ruesterholz, dikutip dari CNBC International.

Salah seorang bos pengelola dana di Wall Street, Paul Tudor Jones kepada CNBC International menilai Jerome Powell bisa kehilangan tahtanya sebagai ketua The Fed jika dia salah mengambil kebijakan dan memicu aksi jual besar-besaran di pasar dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular