
Jelang Rapat FOMC, Kontrak Futures Wall Street Bergerak Mixed

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) flat pada perdagangan Selasa (15/6/2021), jelang rapat pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) yang dimulai malam ini terutama di tengah aksi pecah rekor.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average melemah 16 poin dari nilai wajarnya, sementara kontrak serupa indeks S&P 500 cenderung flat dan Nasdaq menguat tipis, kurang dari 0,1%.
Saham-saham siklikal yang diuntungkan dari pembukaan kembali ekonomi bergerak menguat pada sesi pra-pembukaan, di antaranya Boeing dan perusahaan kapal pesiar dan pengangkutan penumpang.
Senin kemarin, indeks S&P 500 menguat 0,2% atau menyentuh rekor baru pada level 4.255,15 sementara Dow Jones anjlok 85 poin. Nasdaq menguat 0,8% menyentuh rekor tertinggi baru sebesar 14.174,14 setelah investor memburu kembali saham berbasis pertumbuhan.
Saham teknologi menguat kembali terutama di tengah anjloknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang berkisar di level 1,5% atau terendah dalam tiga bulan terakhir. Saat ini, yield tersebut kembali melemah.
Sementara itu, harga Bitcoin menguat ke level psikologis US$ 40.000 setelah bos Tesla Elon Musk pada Minggu menjanjikan akan menerima kembali pembayaran dengan Bitcoin untuk pembelian mobil listriknya, asalkan mata uang kripto tersebut terbukti ramah lingkungan.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memulai rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) selama dua hari. Bank sentral tersebut diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga, tetapi pasar memantau komentar para pejabatnya seputar inflasi dan kemungkinan pengurangan pembelian (tapering) surat berharga di pasar sekunder.
Salah seorang bos pengelola dana di Wall Street Paul Tudor Jones menilai Jerome Powell bisa kehilangan tahtanya sebagai Ketua The Fed jika dia salah mengambil kebijakan dan memicu aksi jual besar-besaran di pasar dunia.
Investor juga bakal mencermati data inflasi selanjutnya, yakni indeks harga produsen (Producer Price Index/PPI) per Mei yang akan menjadi titik konfirmasi apakah pertumbuhan inflasi sebesar 5% bulan lalu itu masih berpeluang berlanjut, atau melandai.
Proyeksi Tradingeconomics menunjukkan bahwa PPI diprediksi sedikit meningkat menjadi 6,4% dari periode April sebesar 6,2%. Secara bulanan, PPI diperkirakan tumbuh 0,5% pada Mei, sama seperti hasil polling Dow Jones.
Penjualan ritel Mei juga akan dirilis di mana ekonom dalam polling Dow Jones memperkirakan koreksi sebesar 0,7%. Namun jika mengecualikan sektor otomotig, penjualan ritel diperkirakan masih naik 0,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Cenderung Flat Jelang Rilis Klaim Pengangguran