Neraca Dagang RI Kembali Surplus, Yield SBN Cenderung Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
15 June 2021 18:32
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) terpantau melemah pada perdagangan Selasa (15/6/2021), setelah rilis data neraca perdagangan Indonesia pada periode Mei 2021.

Investor sebagian besar melepas SBN hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) SBN acuan di hampir semua tenor. Hanya SBN berjatuh tempo 3 tahun dan 25 tahun yang yield-nya mengalami penurunan dan ramai dikoleksi oleh investor pada hari ini.

Yield SBN bertenor 3 tahun dengan kode FR0039 turun 1,7 basis poin (bp) ke level 4,696%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun dengan seri FR0067 turun tipis 0,1 bp ke posisi 7,256%. Sementara itu, yield SBN tenor 10 tahun berkode FR0087 yang merupakan acuan obligasi negara mengalami kenaikan sebesar 6 bp ke posisi 6,418% pada hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia sebesar US$ 16,6 miliar. Turun 10,25% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM), tetapi melonjak 58,76% dari Mei 2020 (year-on-year/YoY).

Sementara nilai nilai impor Indonesia pada Mei 2021 adalah US$ 14,23 miliar. Turun 12,16% dibandingkan bulan sebelumnya MtM tetapi melejit 66,68% dibandingkan Mei 2020 YoY. Dengan nilai ekspor impor tersebut, neraca perdagangan mencatat surplus US$ 2,37 miliar.

Lonjakan impor bukan berarti hal yang buruk. Memang impor merupakan pengurang dari produk domestik bruto (PDB), tetapi impor Indonesia didominasi oleh bahan baku/penolong dan barang modal, yang digunakan untuk kepentingan industri dalam negeri. Artinya, saat impor naik maka industri di dalam negeri kembali menggeliat.

Di sisi lain, kenaikan ekspor menjadi indikasi perekonomian global yang mulai pulih. Indikasi perekonomian global dan dalam negeri yang mulai pulih menyebabkan investor cenderung berani berinvestasi di aset berisiko seperti saham atau kripto, dan cenderung melepas aset safe haven seperti obligasi.

Dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (Treasury) acuan terpantau mengalami penurunan pada pra pembukaan (pre-opening) perdagangan Selasa pagi waktu AS, di tengah antisipasi investor atas rapat pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dimulai malam nanti.

Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun turun 1,7 basis poin ke level 1,484% pada pukul 04:00 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan pasar Senin (14/6/2021) kemarin di level 1,501%.

Pasar bakal memantau komentar para pejabat bank sentral untuk melihat apakah ada sinyal kekhawatiran melihat inflasi yang telah menyentuh 5% dan peluang dikuranginya pembelian obligasi dari pasar sekunder (tapering).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular