Investor Khawatir Melihat Covid RI, IHSG Melemah di Sesi 1

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
15 June 2021 11:50
Kondisi papan perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/2/2018). IHSG hari ini bergerak negatif karena respon sentimen anjloknya bursa saham Amerika hingga 4,15%. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh ke zona merah pada penutupan perdagangan sesi pertama Selasa (15/6/2021), menyusul kekhawatiran kenaikan kasus Covid-19 yang membuyarkan outlook pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.073,67 atau tertekan 6,7 poin (-0,11%). Sepanjang perdagangan, indeks acuan bursa nasional tersebut gagal menyentuh level psikologis 6.100 dengan level tertinggi harian berada di 6.091,367.

Pada awalnya, IHSG dibuka menguat 0,08% ke 6.085,36 tetapi langsung terbanting ke zona merah selang 10 menit kemudian, dengan koreksi 0,43% ke level 6.054,73. Level terendah hari ini berada di 6.051,245.

Nilai transaksi bursa masih terbatas dengan total Rp 5,7 triliun melibatkan 10 miliaran saham yang berpindah tangan 650.000-an kali. Sebanyak 167 saham naik, 312 melemah dan 153 sisanya stagnan.

Sentimen negatif juga datang dari dalam negeri berupa kenaikan kasus Covid-19. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, ada tambahan kasus baru sebanyak 8.189. Dengan demikian, total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 1,919 juta orang.

Provinsi DKI Jakarta menjadi yang terburuk, dengan 450.793 kasus kemarin, tetapi Jawa Timur mencatatkan angka kematian tertinggi sebanyak 11.728 orang. Akibatnya, Gubernur DKI Anies Baswedan memutuskan memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan masyarakat (PPKM) Mikro hingga 28 Juni 2021.

Di DKI Jakarta per 6 Juni 2021, kasus baru Covid-19 masih berkisar 7.000/hari dan seketika meningkat menjadi 17.400 per kemarin. Rata-rata positivity rate atau rasio penderita yang terkonfirmasi positif dari total yang dites usap, meningkat dalam 7 hari terakhir dari 9% ke 17%.

Kondisi ini memicu risiko melesetnya target pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan target pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 8% yang semula dipatok berpeluang meleset akibat kasus ini.

Di tengah kondisi tersebut, investor asing mengambil kesempatan dengan memborong saham sehingga mencetak pembelian bersih (net buy) senilai Rp 98 miliar di pasar reguler. Saham yang mereka buru terutama adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai pembelian Rp 53,6 miliar. Saham bank pelat merah ini tertekan 0,4% menjadi Rp 6.250/saham.

Sebaliknya, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menjadi sasaran utama aksi jual asing, dengan nilai penjualan masing-masing sebesar Rp 42,3 miliar dan Rp 23,6 miliar. Saham BBRI melemah 2,3% ke Rp 4.250, sedangkan saham TBIG menguat 2,3% ke Rp 3.110/unit.

Kejutan muncul dari PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang pada hari ini menduduki posisi sebagai saham dengan nilai transaksi terbesar, sebesar Rp 588,8 miliar. Saham BBRI menyusul, dengan nilai transaksi Rp 269,7 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular