
Kayak di Wall Street, Saham-saham Teknologi RI Cuan Gede!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang tahun 2021, indeks saham teknologi Tanah Air melesat lebih dari 400%. Di pekan ini konstituen indeks yang relatif baru tersebut juga menjadi penghuni jajaran top gainers.
Dari 10 saham dengan kenaikan harga tertinggi seminggu terakhir, empat di antaranya adalah konstituen indeks teknologi. Di posisi paling wahid ada PT Multipolar Teknologi Tbk (MLPT) yang harganya melesat 169%. Pada awal dibentuknya indeks, MLPT memiliki bobot 4% dari total indeks.
Kemudian ada juga PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang memiliki bobot terbesar terhadap indeks hingga hampir 50% juga melesat 82%. Harga saham DCII terbang tinggi setelah salah satu konglomerat Tanah Air Anthony Salim senilai lebih dari Rp 1 triliun.
Harga saham DCII sempat tembus auto reject atas (ARA) berjilid-jilid dan kini dalam pengawasan bursa. Perusahaan yang baru seumur jagung melantai di bursa ini (kurang dari 6 bulan) kapitalisasi pasarnya sudah melesat sampai 9.000%.
Namun dalam periode peningkatan harga saham yang fantastis sejak akhir Mei lalu, volume dan nilai transaksi saham ini tergolong sangat kecil alias tidak likuid.
Di posisi ketiga ada saham PT Indosterling Technomedia Tbk (TECH) yang naik 53% dalam sepekan. Saham ini juga punya bobot tertinggi terhadap total indeks teknologi sekitar 8% saat dibentuk.
Saham TECH sempat disuspensi lama oleh otoritas bursa karena mengalami kenaikan harga yang tak wajar. Setelah suspensi dibuka harga saham cenderung ambles. Namun belakangan harga sahamnya kembali terbang.
Terakhir, ada saham emiten e-commerce dan produk digital yaitu PT Hensel Davest Indonesia Tbk (HDIT). Meski ada volume transaksi yang tercatat saham ini sebelumnya selalu ditutup di zona merah.
Namun sejak akhir Mei, harga sahamnya mulai terbang. Transaksi saham ini sempat digembok bursa. Namun setelah dibuka sempat ambles tetapi kembali bergerak liar. Selain saham-saham konstituen indeks teknologi ada juga saham bank mini yang rencananya bakal jadi bank digital.
Adalah saham PT Bank Harda International Tbk (BBHI) yang berganti nama menjadi Allo Bank. Seperti diketahui bersama bank ini telah diakuisisi oleh CT Corp lewat sayap keuangannya PT Mega Corpora.
Sentimen bullish terhadap sektor teknologi tidak hanya terjadi di Wall Street saja. Di Indonesia juga demikian. Diawali dengan kenaikan harga saham-saham bank mini yang rencananya akan diubah bisnis modelnya menjadi bank digital.
Meski asetnya relatif kecil bank-bank seperti PT Bank Jago Tbk nilai kapitalisasi pasarnya tembus Rp 100 triliun. Saham yang dikuasai oleh Jerry Ng, Patrick Walujo dan Gojek ini sudah masuk ke dalam jajaran big cap.
Sentimen positif terhadap harga saham-saham teknologi semakin terasa dengan maraknya isu startup unicorn dan decacorn RI seperti Bukalapak dan GoTo yang sebentar lagi bakal menjadi perusahaan publik.
Dengan melantainya perusahaan-perusahan rintisan bervaluasi besar tersebut di bursa tentu saja akan menggeser emiten-emiten yang sebelumnya masuk jajaran big cap bukan lagi perbankan atau consumer melainkan saham teknologi.
Bisa dibilang fenomena ini menunjukkan fase teknologi boom di Indonesia seiring dengan semakin pesatnya perkembangan ekonomi digital di dalam negeri.
Meskipun pertumbuhan ekonomi digital sangatlah pesat. Namun valuasi harga saham-saham di sektor ini masih terbilang mahal jika menggunakan metriks valuasi umum seperti PER (Price to Earning) dan PBV (Price to Book Value).
Tim Riset CNBC Indonesia
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Gak Bosan Bikin Jiper, Wall Street Rungkad