Analisis Teknikal

Dolar AS Tak Terkesan Data Inflasi, Rupiah Siap Menguat Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 June 2021 08:55
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sedang mendapat tenaga dari rilis serangkaian data ekonomi yang apik sejak pekan lalu. Sayangnya, penguatan rupiah tertahan akibat isu taper tantrum kemarin, tapi rupiah menguat tipis 0,04% ke Rp 14.235/US$.

Optimisme Indonesia akan lepas dari resesi susah muncul sejak pekan lalu, ketika data menunjukkan ekspansi sektor manufkatur berada di rekor tertinggi sepanjang sejarah, serta inflasi yang menunjukkan kenaikan.

Kemudian berlanjut lagi di pekan ini. Pada hari Rabu data menunjukkan konsumen semakin percaya diri melihat perekonomian saat ini dan beberapa bulan ke depan. Ini terlihat dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK periode Mei 2021 sebesar 104,4. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 101,5.

Konsumen yang semakin pede, menjadi indikasi peningkatan konsumsi, yang semakin menguatkan ekspektasi Indonesia lepas dari resesi di kuartal ini. Apalagi BI kemarin melaporkan penjualan ritel akhirnya mengalami pertumbuhan untuk pertama kalinya setelah mengalami kontraksi selama 16 bulan beruntun.

Rupiah kemarin pun sempat menguat ke Rp 14.215/US$, sebelum terpangkas sebab pelaku pasar menanti rilis data inflasi AS, yang memberikan gambaran kapan tapering atau pengurangan program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral AS (The Fed). Tapering dapat memicu gejolak di pasar finansial yang dikenal dengan istilah taper tantrum.

Kemarin, Departemen Tenaga Kerja mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Mei mencapai angka 5% secara tahunan. Ini jauh di atas polling ekonom oleh Dow Jones yang mengestimasikan angka 4,7%.Per April lalu, inflasi naik 4,2% menjadi laju tercepat sejak 2008.

Meski demikian, banyak yang berpendapat inflasi tinggi hanya sementara. Dolar AS pun melemah pasca rilis data tersebut. Indeks dolar AS kemarin melemah tipis 0,05% dan berlanjut 0,07% pagi ini, yang tentunya membuka ruang penguatanm rupiah.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan mengingat rupiah menguat tipis kemarin.

Grafik RupiahFoto: Putu/CNBC Indonesia
Grafik Rupiah

Rupiah yang disimbolkan USD/IDR mampu bertahan di bawah rerata pergerakan 100 hari (moving average 100/MA 100) di kisaran Rp 14.270 hingga Rp 14.280/US$. Artinya, rupiah kini bergerak di bawah tiga MA, yakni MA 50, 100, dan 200, yang artinya momentum penguatan yang lebih besar.

Meski demikian, dalam 2 hari perdagangan terakhir, rupiah membentuk doji. Pola doji menjadi indikasi pasar masih galau menentukan kemana arah rupiah.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.240/US$, jika mampu ditembus rupiah berpeluang ke Rp 14.200/US$.

Sementara itu Stochastic pada grafik harian bergerak naik meski berada di posisi netral.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic saat ini berada di kisaran 45, masih jauh dari wilayah overbought maupun oversold.

Area Rp 14.280/US$ kini menjadi resisten terdekat, jika dilewati rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.300. Resisten selanjutnya berada di MA 200, di kisaran Rp 14.330 hingga Rp 14.340/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tekanan Masih Besar, Rupiah Akhir 2021 Bisa di Rp 15.000/USD

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular