SBN Jangka Panjang Dilepas Investor, Harga SBN Melemah

Market - Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
08 June 2021 19:23
Chief Executive Hong Kong Carrie Lam berbicara pada upacara pembukaan Bond Connect di Hong Kong Exchanges di Hong Kong, China 3 Juli 2017. REUTERS / Bobby Yip Foto: Chief Executive Hong Kong Carrie Lam berbicara pada upacara pembukaan Bond Connect di Hong Kong Exchanges di Hong Kong, China 3 Juli 2017. REUTERS / Bobby Yip

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) terpantau melemah pada perdagangan Selasa (8/6/2021), setelah rilis data cadangan devisa (cadev) Indonesia pada Mei 2021 turun ke level terendah pada tahun ini.

Investor memburu SBN berjangka pendek, sedangkan untuk SBN berjangka menengah hingga panjang cenderung dilepas oleh investor pada hari ini. Dari imbal hasilnya (yield), SBN bertenor pendek, yakni tenor 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun mengalami penurunan yield, sedangkan SBN berjangka menengah hingga panjang mengalami kenaikan yield.

Yield SBN bertenor 1 tahun dengan kode FR0061 turun 3,7 basis poin (bp) ke level 3,545%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 3 tahun dengan seri FR0039 turun 1,2 bp ke posisi 4,814%, dan SBN dengan tenor 5 tahun berseri FR0081 juga turun 1,1 bp ke 5,377%.

Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan acuan obligasi negara mengalami kenaikan sebesar 0,7 bp ke posisi 6,446% pada hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Kenaikan yield SBN bertenor panjang terjadi setelah Bank Indonesia (BI) merilis data cadangan devisa RI pada Mei 2021, yang menunjukkan sebagian investor pilih cari aman. BI melaporkan cadev akhir Mei sebesar US$ 136,4 miliar, turun US$ 2,4 miliar. Posisi tersebut menjadi yang terendah sepanjang tahun ini.

Penurunan cadev di bulan Mei juga menjadi yang terbesar sejak Maret tahun lalu, saat penyakit virus corona (Covid-19) dinyatakan sebagai pandemi. Cadangan devisa saat itu tergerus hingga US$ 9,4 miliar.

"Penurunan posisi cadangan devisa pada Mei 2021 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi," papar keterangan tertulis BI yang dirilis Selasa (8/6/2021).

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (Treasury) mengalami penurunan pada Selasa dini hari waktu AS. Dilansir dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun turun 0,7 basis poin ke level 1,562% pada Selasa dini hari waktu Indonesia, dari sebelumnya pada penutupan Senin (7/6/2021) di level 1,569%.

Fokus investor ada pada sinyal inflasi baru periode Mei yang akan dirilis pada Kamis (10/6/2021) waktu AS, menyusul laporan pekerjaan AS pada Jumat (4/6/2021) lalu yang bertambah sedikit dari yang diharapkan sebelumnya oleh pelaku pasar, tetapi tingkat pengangguran turun menjadi 5,8% dari 6,1% dan pasar bereaksi positif.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

The Fed Makin Hawkish, Yield Mayoritas SBN Menguat Lagi


(chd/chd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading