
Data Positif Tenaga Kerja Bikin Pasar Minder, Dow Dibuka Drop

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka anjlok pada perdagangan Kamis (3/6/2021), mengabaikan data penyerapan tenaga kerja yang positif karena justru memicu kekhawatiran pengetatan moneter akan segera berlangsung.
Data ADP melaporkan bahwa ada penyerapan tenaga kerja baru sebanyak 978.000 pada Mei, atau jauh lebih baik dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 680.000. Ini jauh lebih baik dari penyerapan April yang hanya sebanyak 654.000.
Di sisi lain, klaim asuransi pengangguran sepekan lalu tercatat bertambah hanya 385.000, atau lebih baik dari proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones yang memprediksi angka 393.000.
Indeks Dow Jones Industrial Average drop 213,8 poin (-0,6%) pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan selang 40 menit menjadi minus 119,8 poin (-0,35%) ke 34.480,58. S&P 500 turun 23,3 poin (-0,55%) ke 4.184,85 dan Nasdaq drop 131,2 poin (-0,95%) ke 13.625,12.
Kekhawatiran inflasi dan bagaimana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyikapinya masih memperberat sentimen. Saham siklikal yang diuntungkan dari pemulihan ekonomi terkena aksi jual di sesi pra-pembukaan, di antaranya saham United Airlines and American Airlines.
Indeks S&P 500 saat ini sudah semakin mendekati level tertingginya, dengan selisih kurang dari 1,5%, dan belum bisa beranjak dari posisi tersebut dalam 2 pekan terakhir. Sepanjang tahun berjalan, indeks S&P 500 melesat 12% sepanjang tahun berjalan.
Saham yang bakal diuntungkan dari pembukaan ekonomi cenderung tertekan seperti Marriott, Carnival, Gap dan GE. Sebaliknya, saham Ford menguat 3% setelah perseroan menyatakan bahwa kinerja keuangannya pada kuartal kedua bakal lebih baik dari target internal.
Sementara itu, saham AMC anjlok 30% setelah menjajaki penjualan 11,55 juta saham kelas A. Pelaku jual kosong (short-sell) terhadap saham AMC merugi US$ 2,8 miliar, menurut S3 Partners, setelah saham perseroan kemarin menguat.
Sesuai perjanjian awal, pelaku short sell-yang meminjam dana untuk beli saham di harga tinggi dan berharap cuan ketika harganya turun karena membayar utangnya di harga rendah-wajib membayar kewajibanya dengan harga pasar ketika harganya terus meningkat.
Kemarin, saham lain ikut masuk ke jajaran saham yang dijaga netizen cum trader dari pelaku short-selling, seperti Blackberry, yang sahamnya melesat nyaris 32%, mengikuti saham GameStop yang telah melompat hingga 33,2%.
Indeks Dow Jones menguat hanya 25,1 poin kemarin, sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq menguat tipis di kisaran 0,1%. "Tidak jelas apakah pergerakan indeks S&P 500 yang flat itu merupakan kelanjutan suasana libur pekan lalu, fenomena kelesuan Mei-Juni, atau hanya bagian dari kembali ke musim semi normal," tutur analis Goldman Sachs Chris Hussey, sebagaimana dikutip CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Wall Street Berdarah-darah, IHSG Tumbang ke 6.700-an