Asing Borong BBCA & BBRI Gede-gedean, IHSG Melesat 1%

Putra, CNBC Indonesia
03 June 2021 15:38
Gedung Bank BCA
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Apresiasi harga saham-saham domestik hari ini, Kamis (3/6) berhasil menuntun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan 7 hari secara beruntun.

Kamis ini IHSG ditutup melompat 59,94 poin atau naik 0,99% ke 6.091,51. IHSG kini sudah semakin dekat dengan level psikologis 6.100. Dengan nilai transaksi mencapai Rp 12,67 triliun sebanyak 235 saham menguat, 258 turun dan sisanya 157 stagnan. 

Asing juga tercatat kembali memborong saham-saham domestik.

Di pasar reguler asing membeli bersih saham senilai Rp 888,85 miliar. Sementara di pasar negosiasi ada transaksi senilai Rp 265,6 miliar. Sehingga secara total asing mencatatkan aksi net buy senilai Rp 1,15 triliun hari ini. 

Duo saham bank dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di bursa Tanah Air yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi saham yang paling banyak dikoleksi asing.

Saham BBCA diborong asing sebanyak Rp 428,1 miliar dan harganya ditutup naik 2,09% ke Rp 33.000/unit. Untuk saham BBRI asing melakukan beli bersih sebesar Rp 257,8 miliar dan harganya ditutup naik 2,35% ke Rp 4.360/unit. 

IHSG sempat bergerak galau di awal-awal perdagangan. Dibuka di zona hijau dan digiring ke zona apresiasi lalu dibanting ke zona merah. Indeks saham acuan nasional tersebut berhasil rebound. Namun kembali dibanting dan cenderung flat tak bergerak dari level pembukaan pada pukul 10.00 WIB. 

Setelahnya IHSG digiring ke zona hijau dan menutup sesi I dengan apresiasi 0,15%. Ketika perdagangan sesi II dibuka IHSG langsung dibuka hijau dan terus uptrend hingga penutupan 15.15 WIB. 

Perhatian pelaku pasar tertuju pada data tenaga kerja Amerika Serikat. Maklum saja, data tenaga kerja merupakan salah satu indikator bagi The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter, selain juga inflasi.

Inflasi di AS sudah melesat naik. Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (28/5/2021) lalu melaporkan data inflasi berdasarkanpersonal consumption expenditure(PCE). Data tersebut merupakan inflasi acuan The Fed.

Inflasi PCE inti dilaporkan tumbuh 3,1%year-on-year(yoy) di bulan April, jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 1,8% yoy. Rilis tersebut juga lebih tinggi ketimbang hasil survei Reuters terhadap para ekonomi yang memprediksi kenaikan 2,9%. Selain itu, rilis tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak Juli 1992, nyaris 30 tahun terakhir.

Setelah inflasi, jika data tenaga kerja AS juga menunjukkan perbaikan yang signifikan, maka ekspektasi The Fed akan segera mengetatkan kebijakan moneternya akan kembali muncul.

Ekspektasi tersebut dapat memicu koreksi di pasar saham, dolar AS akan berbalik menguat dan rupiah serta SBN mengalami tekanan. Kemarin, indeks dolar AS sempat menguat hingga 0,46%, sebelum terpangkas dan berakhir di 89,904 atau menguat 0,08% saja. Pergerakan tersebut setidaknya menunjukkan ada potensi penguatan dolar AS merespon data tenaga kerja nantinya.

Oleh karena itu, pelaku pasar akan lebih berhati-hati jelang rilis data tenaga kerja AS versi Automatic Data Processing (ADP) Inc. malam ini, dan versi pemerintah AS Jumat besok.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular