
Investor Tak Kompak, Harga SBN Ditutup Beragam

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) bergerak beragam pada perdagangan Senin (31/5/2021), di tengah kembali masuknya aliran modal asing di pasar saham dan rupiah pada hari ini.
Sikap investor cenderung beragam, di mana pada SBN bertenor 1 tahun, 5 tahun, 25 tahun, dan 30 tahun ramai dikoleksi oleh investor, sehingga harganya mengalami penguatan dan imbal hasilnya (yield) mengalami penurunan.
Sedangkan sisanya yakni SBN berjatuh tempo 3 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun cenderung dilepas oleh investor, sehingga harganya mengalami pelemahan dan yield-nya mengalami kenaikan.
Yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan acuan obligasi negara naik sebesar 1,9 bp ke posisi 6,445%, dari sebelumnya di level 6,426% pada perdagangan kemarin.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari pasar saham, investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 774 miliar di pasar reguler. Sementara jika ditambah dengan pasar nego dan tunai, net buy tercatat sebesar Rp 748 miliar.
Pada pekan lalu, investor asing melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 861 miliar di pasar reguler, dan Rp 2,11 triliun jika ditambah dengan pasar nego dan tunai.
Sementara itu dari pasar obligasi sendiri, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang pekan lalu hingga Kamis (27/5/2021), terjadi capital inflow di pasar obligasi sebesar Rp 1,64 triliun.
Capital inflow iniĀ mendorong mata uang Garuda tersebut lebih bertenaga, walaupun sempat terkoreksi sedikit karena kenaikan kasus Covid-19 di dalam negeri. Jumlah kasus Covid-19 beberapa kali di atas 6.000 pekan lalu, termasuk 2 hari terakhir. Rata-rata dalam 2 pekan terakhir juga naik menjadi 5.449 kasus, dibandingkan 2 pekan sebelumnya 4.463 kasus.
Kenaikan tersebut tentunya memicu kecemasan pasar akan kemungkinan lonjakan kasus Covid-19 pasca libur Lebaran, yang tentunya berisiko memperlambat pemulihan ekonomi jika pembatasan sosial kembali diketatkan. Meski begitu, beberapa investorĀ mengesampingkan risiko itu dan tetap mengoleksi SBN, sementara lainnya memilih melepas SBN.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Yield SBN Lanjut Melandai