
Kacau! Para Spekulan Pakai Utang Main Kripto & Pemicu Crash

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar mata uang digital (cryptocurrency) atau pasar kripto kembali melanjutkan penguatannya pada pagi hari ini, setelah CEO Tesla, Elon Musk kembali mencuit di Twitternya tentang prospek Bitcoin kedepan.
Namun, apakah benar kenaikan yang masih terjadi di kripto lagi-lagi karena tweet Elon Musk. Sepertinya pergerakan agresif Bitcoin dan koin digital lainnya belakangan ini didorong oleh lebih dari sekadar tindakan keras China dan Amerika Serikat (AS) atau cuitan Elon Musk.
Beberapa analis mengatakan bahwa sebenarnya pergerakan kripto yang agresif bukan hanya karena cuitan dari Musk ataupun tindakan keras pemerintah China dan AS terhadap kripto, tetapi juga didorong oleh investor yang mengunakan trading margin di kripto.
Trader yang mengunakan trading margin di pasar cryptocurrency kebanyakan mengalami risiko yang besar dan menyebabkan adanya forced sell atau jual paksa ketika harga kripto turun.
Hal inilah yang menjadi penyebab terbesar atas penurunan harga Bitcoin hingga 30% pada minggu (23/5/2021) akhir pekan lalu. Aksi ini juga dapat menambah volatilitas di kripto, termasuk Bitcoin.
Sebelumnya, harga cryptocurrency sempat ambruk pada akhir pekan lalu. Bitcoin terpaksa kehilangan sekitar sepertiga nilainya dalam hitungan jam saja.
Namun, pada Senin (24/5/2021) malam waktu AS, Bitcoin kembali melonjak hampir menyentuh level US$ 40.000. Walaupun berhasil rebound, tetapi Bitcoin masih turun sekitar 33% dari level tertingginya.
Ketika trader menggunakan margin, mereka sebenarnya meminjam dari perusahaan pialang untuk mengambil posisi yang lebih besar di bitcoin. Jika harga turun, mereka harus membayar kembali perusahaan pialang yang dikenal sebagai "margin call".
Sebagai bagian dari itu, sering kali ada harga yang ditetapkan yang memicu penjualan untuk memastikan pedagang dapat membayar kembali pertukaran tersebut.
Brian Kelly, CEO BKCM, menunjuk perusahaan di Asia seperti BitMEX dan mengizinkan menggunakan trading margin dengan perbandingan 100:1 untuk perdagangan mata uang kripto. Sementara, Robinhood tidak mengizinkan trader menggunakan margin untuk mata uang kripto, dan Coinbase hanya mengizinkannya untuk pedagang profesional.
"Harga likuidasi setiap orang cenderung berbeda dan cenderung mendekati, ketika Anda mencapainya, semua pesanan jual otomatis ini masuk, dan harga turun begitu saja," kata Kelly, kepada CNBC International.
Trader Bitcoin telah melikuidasi sekitar US$ 12 miliar dalam posisi levered pada pekan lalu karena harga cryptocurrency sudah kembali melonjak. Eksodus massal ini menghapus sekitar 800.000 akun kripto.
"Leverage di pasar kripto, terutama yang dilakukan oleh investor ritel telah menjadi topik besar yang dapat menonjolkan volatilitas," kata analis JMP, Devin Ryan, dikutip dari CNBC International.
Ketika pasar kripto kembali berkembang, Ryan mengharapkan pengaruh leverage dapat berkurang, apalagi karena saat ini investor institusional lebih banyak masuk di pasar kripto.
Investor, baik ritel maupun institusional telah menuangkan di Bitcoin dan aset digital lainnya pada tahun 2021.
Perusahaan platform cryptocurrency terbesar di dunia, Coinbase melaporkan bahwa volume perdagangan pada kuartal pertama tahun ini mencapai US$ 335 miliar, di mana sekitar US$ 120 miliar adalah investor ritel dan US$ 215 miliar merupakan investor institusional.
Volume perdagangan kuartal I-2021 naik pesat dibandingkan dengan volume perdagangan di periode yang saham tahun 2020 yang baru mencapai sekitar US$ 30 miliar.
Sementara itu, Miliarder Mark Cuban melalui tweet-nya mempertimbangkan aspek leverage di kripto lainnya, seperti Ethereum (Ether).
"Pasar De-Levered hancur. Tidak peduli apa asetnya, entah itu saham, kripto, obligasi, atau properti, Mereka melakukan forced sell di harga yang lebih rendah. Tapi kripto memiliki masalah yang sama dengan yang [pedagang frekuensi tinggi] bawa ke saham, seperti front-running legal, karena biaya gas memperkenalkan latensi yang dapat diperdaya," kata Cuban dalam tweet pekan lalu.