
Sentimen Beragam, Bursa Asia Pagi Bergerak Bervariasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas Bursa Asia dibuka menguat pada perdagangan Senin (24/5/2021), di tengah beragamnya penutupan bursa saham Amerika Serikat (AS) pada Jumat (21/5/2021) akhir pekan lalu.
Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka melesat 0,8%, Straits Times Singapura terdongkrak 0,47%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,13%.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China pada pagi hari ini dibuka di zona merah. Hang Seng melemah 0,44% dan Shanghai turun 0,16%.
Pekan lalu, data menunjukkan kebangkitan yang kuat oleh sektor jasa baik di AS dan Eropa, karena bisnis dibuka kembali setelah pembatasan wilayah (lockdown) yang berkepanjangan dan diuntungkan dari pemulihan permintaan global.
"Perdebatan di pasar keuangan sekarang bukan tentang seberapa cepat PDB dapat pulih tetapi lebih pada bentuk pemulihan," tulis analis di ANZ Research dalam catatan, dikutip dari CNBC International pada pagi hari ini.
Beralih ke AS, bursa saham New York (Wall Street) ditutup beragam mayoritas melemah pada perdagangan Jumat (21/5/2021) akhir pekan lalu.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,36% ke level 34.207,84. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup di zona merah pada perdagangan akhir pekan lalu, di mana S&P 500 turun tipis 0,08% ke 4.155,86 dan Nasdaq melemah 0,48% ke posisi 13.470,99.
Data makro AS yang dirilis di akhir pekan berhasil menyelamatkan bursa saham Paman Sam jatuh ke zona merah pada penghujung perdagangan pekan lalu.
Rilis data pengangguran AS yang 'ok' mampu menjadi booster untuk aset-aset berisiko seperti ekuitas. Data klaim tunjangan pengangguran di AS mencapai angka 444.000, atau jauh lebih baik dari polling Dow Jones yang semula memperkirakan angka 452.000 setelah sepekan sebelumnya mencapai 473.000.
Angka pengangguran yang terus turun menjadi indikator positif bahwa perekonomian terbesar di dunia semakin membaik seiring dengan masifnya vaksinasi dan pembukaan ekonomi secara gradual.
"Perbaikan klaim tunjangan pengangguran memperkuat pandangan kami bahwa data tenaga kerja yang mengecewakan bakal menjadi persoalan ketimbang pertanda penurunan, dan kami mengantisipasi perbaikan pasar tenaga kerja dalam beberapa bulan ke depan," tutur Manajer Portofolio Insight Investment Scott Ruesterholz seperti dikutip dari CNBC International.
Selain kabar gembira rilis klaim pengangguran ternyata masih ada rilis data makro Paman Sam di pekan lalu yang cukup apik. Salah satunya tentunya dari rilis data aktivitas manufaktur terbaru di Negeri Paman Sam. IHS Markit melaporkan pembacaan awal (flash reading) terhadap
aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Mei 2021 berada di 61,5.
Angka ini naik dibandingkan angka April 2021 yang sebesar 60,5 sekaligus menjadi rekor tertinggi sejak pencatatan dilakukan oleh IHS Markit pada Oktober 2009.
"Ekonomi AS terpantau mengalami akselerasi yang spektakuler pada bulan ini, tingkat ekspansi bisnis melonjak ke titik tertinggi seiring aktivitas masyarakat yang dibuka kembali usai ditutup karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
"Namun, survei Mei menunjukkan kekhawatiran lebih jauh soal inflasi karena pertumbuhan menyebabkan kenaikan harga. Rata-rata harga barang dan jasa naik ke level yang tidak terduga, yang kemungkinan akan tercermin di angka inflasi pada bulan-bulan mendatang," papar Chris Williamson, Chief Business Economist IHS Markit, seperti dikutip dalam siaran tertulis.
Meskipun rilis data ekonomi di AS oke, namun pasar masih takut akan adanya potensi The Fed melakukan tapering pembelian obligasi ataupun peningkatan kembali suku bunga karena angka inflasi yang terus melaju yang tentu saja akan membuat aset-aset beresiko menjadi kurang peminat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
