
All Hail Rupiah! Saatnya Unjuk Gigi Saat Dolar AS Hilang Taji

Jakarta,CNBCIndonesia -Rupiah berhasil mencatatkan kinerja yang apik dalam tiga pekan beruntun. Namun apresiasi rupiah paling besar justru terjadi di sepekan terakhir.
Di pasar spot nilai tukar rupiah semakin mendekati Rp 14.200/US$. Padahal tiga minggu sebelumnya rupiah masih setara dengan Rp 14.500/US$. Di minggu ini saja rupiah berhasil menguat 1,11%. Sementara itu di dua pekan sebelumnya rupiah berhasil menguat masing-masing0,55% dan 0,27%.
Kinerja rupiah yang apik ini tak terlepas dari tumbangnya greenback. Pada periode yang sama indeks dolar yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam terhadap kelompok mata uang lain juga ambles 1% lebih.
Depresiasi dolar AS memberikan peluang mata uang negara-negara emerging market untuk menguat. Indonesia salah satunya. Meskipun berdasarkan survei dwi mingguan Reuters investor masih melepas rupiah, tetapi bukan berarti tren ini akan terus menerus berlangsung.
Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisilongyang diambil semakin besar.
Sementara angka positif berartishortmata uang Asia danlongdolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisishortmata uang Asia.Namun seiring dengan berjalannya waktu, aksi jual terhadap rupiah semakin menipis. Hal ini tercermin dari angka positif yang semakin mengecil.
Lagipula survei Reuters yang lain juga menyebut bahwa banyak pihak yang meramal bakal jatuh setidaknya untuk tiga bulan ke depan. Tentu saja ini menjadi momentum bagi rupiah untuk menguat.
Dolar yang tertekan dan ekspektasi inflasi yang tinggi membuat investor yang tak mau kekayaannya tergerus berpindah ke asetstore of wealthlain.
Bagi mereka yang konservatif akan memasukkan emas dan logam mulia lain seperti perak dan platinum ke dalam portofolio investasinya. Bagi mereka yang cenderung agresif dan risk taker maka Bitcoin cs atau cryptocurrency bisa jadi pilihan.
Sementara mereka yang mencariyielddan mau mengkompensasi sedikit risiko dengan volatilitas yang tak setajam aset digital mata uangkriptomaka mata uang negara berkembang bisa menjadi salah satu opsi yang dipilih.
Masuknya aliran modal ke pasar keuangan menjadi tenaga bagi rupiah untuk menguat. Selain itu, "sang penjaga" rupiah, Bank Indonesia (BI) punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah di saat terjadi gejolak.
BI melaporkan cadangan devisa (Cadev) kembali meningkat di April lalu setelah tergerus sebulan sebelumnya. Kenaikan tersebut bahkan membuat Cadev kembali ke rekor tertinggi sepanjang masa US$ 138,8 miliar.
Sementara itu pada Rabu (5/5/2021) lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tiga bulan pertama 2021 mengalami kontraksi (minus) 0,96% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Sementara dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), ekonomi Indonesia terkontraksi 0,74%.
Realisasi ini tidak jauh dari ekspektasi pasar, bahkan sedikit lebih baik. Konsensus pasar yang dihimpunCNBCIndonesia memperkirakan PDB terkontraksi 1,09% qtq, sementara secara tahunan diperkirakan terjadi kontraksi 0,87% (yoy).
Dengan demikian, kontraksi PDB Indonesia genap terjadi selama empat kuartal beruntun. Artinya, Indonesia masih terjebak di 'jurang' resesi ekonomi. Prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih baik serta aset-aset keuangan RI yang masih menarik berpotensi membuat inflow terjadi ke pasar Asia terutama RI.
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Keok di Depan Mata Uang Dunia