Rupiah Lagi Kuat-Kuatnya, 3 Dolar Paling Ngetren Gugur!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 May 2021 14:23
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta CNBC Indonesia - Rupiah sedang kuat-kuatnya dalam 2 hari terakhir, aliran modal yang mulai masuk ke dalam negeri serta harapan kebangkitan ekonomi di kuartal II-2021 menjadi tenaga bagi Mata Uang Garuda. Dolar Amerika Serikat (AS), Singapura dan Australia menjadi dolar yang paling banyak peminatnya, hari ini semuanya berguguran.

Melansir data Refintiv, dolar AS di awal perdagangan hari ini merosot 0,45% ke Rp 14.245/US$, level tersebut merupakan yang terlemah sejak 26 Februari lalu. Kemarin the greenback juga ambrol 0,8%, sehingga rupiah berpeluang mencatat penguaran 3 pekan beruntun, terpanjang di tahun ini.

Dolar Singapura juga jeblok 0,45% pagi ini ke Rp 10.686,42/SG$, level tersebut merupakan yang terendah sejak 9 Maret lalu. Kemarin mata uang Negeri Merlion ini merosot 0,64%. Sementara itu dolar Australia pagi tadi merosot 0,51% ke Rp 11.079,38/AU$, tetapi Kamis kemarin penurananya paling kecil 0,39%.

Dalam 2 hari terakhir aliran modal masuk ke pasar saham Indonesia kemarin investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 321 miliar, dua hari yang lalu terjadi hal yang sama senilai Rp 201 miliar di pasar reguler.

Pasar obligasi Indonesia juga mulai menarik lagi, di pasar sekunder, kepemilikan obligasi oleh investor asing menunjukkan peningkatan. Melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki asing tercatat senilai Rp 964,6 triliun di akhir April, terjadi capital inflow Rp 13,2 triliun dibandingkan posisi akhir Maret.

Sementara pada periode 1 sampai 4 Mei capital inflow tercatat Rp 1,16 triliun.

Pada Rabu (5/5/2021) lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tiga bulan pertama 2021 mengalami kontraksi (minus) 0,96% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Sementara dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), ekonomi Indonesia terkontraksi 0,74%.

Realisasi ini tidak jauh dari ekspektasi pasar, bahkan sedikit lebih baik. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB terkontraksi 1,09% qtq, sementara secara tahunan diperkirakan terjadi kontraksi 0,87% yoy.

Dengan demikian, kontraksi PDB Indonesia genap terjadi selama empat kuartal beruntun. Artinya, Indonesia masih terjebak di 'jurang' resesi ekonomi.

Meski demikian, dengan kontraksi yang lebih baik dari prediksi, kebangkitan ekonomi di kuartal II-2021 tentunya berpeluang lebih tinggi dari proyeksi, yang menjadi sentimen positif bagi rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sekalinya Perkasa, Rupiah Hantam 3 Dolar Sekaligus!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular