
IHSG Ditutup Menguat 0,2% Sambut Rilis Pertumbuhan Ekonomi RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menutup perdagangan Rabu (5/5/2021) dengan bertahan di jalur hijau, menyusul rilis pertumbuhan ekonomi nasional yang menunjukkan sinyal pemulihan.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 5.975,911 atau tumbuh 12,1 poin (+0,2%). Nilai transaksi tercatat hanya Rp 8,8 triliun dengan 17 miliaran saham berpindah tangan nyaris 950.000-an kali.
Sebanyak 245 saham naik, 234 melemah dan 162 sisanya stagnan. Investor asing membukukan pembelian bersih (net buy) senilai Rp 201,6 miliar di pasar reguler, naik dari net buy sesi pertama yang hanya sekitar Rp 50 miliar. Ini mengindikasikan kuatnya selera beli mereka.
Saham yang mereka buru terutama adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai Rp 70,2 miliar dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai beli Rp 69,9 miliar. Keduanya menguat masing-masing sebesar 0,4% dan 0,7% menjadi Rp 32.125/unit dan Rp 4.090/unit.
Sebaliknya, aksi jual asing menimpa saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 41,2 miliar dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) sebesar Rp 36,9 miliar. Kedua saham tersebut bergerak berlawanan arah dengan koreksi BMRI sebesar 0,8% menjadi Rp 6.050/unit dan reli TOWR sebesar 0,9% menjadi Rp 1.125/saham.
Pembalikan arah IHSG hari ini mengindikasikan bahwa pemodal kembali yakin dengan prospek ekonomi nasional, terutama setelah rilis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama masih akan terkontraksi 0,87% (yoy).
Konsensus tersebut jauh lebih rendah dari perkiraan pemerintah dengan Kementerian Koordinator Perekonomian di angka minus 0,3 hingga minus 0,5 persen dan Bappenas di angka minus 0,8%.
Baik dihitung secara tahunan maupun kuartalan, output perekonomian RI mengalami kontraksi. Namun kontraksinya lebih rendah dibandingkan perkiraan konsensus. BPS melaporkan kontraksi PDB pada kuartal satu sebesar 0,74% (yoy) atau minus 0,96% (qoq).
Bagaimana pun juga angka PDB saat ini adalah indikator yang lampau atau lagging sementara pasar cenderung melihat ke depan. Di kuartal kedua tahun ini ekonomi diperkirakan bisa tumbuh di atas 5%. Bahkan pemerintah optimis bisa 7%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi AS 2021 Melesat 5,7% Tertinggi Sejak 1984