
Wall Street Dibuka Melemah Dipimpin Saham Teknologi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka tertekan pada perdagangan Selasa (4/5/2021), menyusul aksi jual atas saham-saham teknologi seperti Apple, Tesla, dan Alphabet (induk usaha Google) yang anjlok lebih dari 1%.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 101,9 poin (-0,3%) pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan selang 10 menit menjadi minus 53,3 poin (-0,16%) ke 34.059,89. S&P 500 melemah 20,6 poin (+0,49%) ke 4.172,05 dan Nasdaq drop 152,1 poin (-1,09%) ke 13.743,02.
Penurunan tersebut terjadi setelah perdagangan Mei diawali dengan penguatan setelah investor pada Senin memburu saham-saham siklikal yang bakal diuntungkan kinerjanya ketika ekonomi pulih.
Saham Pfizer naik 1% setelah mencetak laba bersih yang melampaui ekspektasi dan menaikkan proyeksi kinerja untuk tahun 2021. Saham CVS Health melesat 3% setelah jaringan farmasi dan perusahaan asuransi itu juga menaikkan proyeksi kinerjanya.
Saham United States Steel naik 3% setelah Credit Suisse menaikkan target harga sahamnya jadi layak beli (outperform) dari sebelumnya layak jual (underperform), mengklaim bahwa kenaikan harga baja merupakan indikasi "super cycle" sedang terjadi.
Investor cenderung kian jeli memilih saham-saham yang dinilai potensial menguat ketika ekonomi pulih seperti saham-saham peritel, dan juga saham teknologi yang mengumumkan kinerja fantastis per kuartal I-2021.
"Ada 2.800 saham yang naik di bursa New York kemarin tapi sulit untuk mencetak keuntungan. Itu pola yang tidak bisa," tutur Frank Gretz, analis teknikal Wellington Shields, kepada CNBC International.
Pergerakan di kontrak berjangka tersebut mengikuti reli Dow Jones pada Senin di mana indeks berisi 30 saham unggulan tersebut menguat lebih dari 200 poin, sementara indeks S&P 500 menguat tipis sebesar 0,3%.
Saham peritel memimpin pasar dengan dipimpin oleh Gap dan Macy's yang masing-masing melesat lebih dari 7%. Namun pemilik Berkshire Hathaway Warren Buffett pada Sabtu mengatakan bahwa dia melihat "inflasi yang sangat substansial" di beberapa sektor, di tengah pemulihan ekonomi Negara Adidaya tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rilis Kinerja Keuangan Membaik, Wall Street Dibuka Hijau!