Inflasi PCE Lewati Angka 2%, Wall Street Dibuka Merah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
30 April 2021 20:54
Trader Gregory Rowe works on the floor of the New York Stock Exchange, Monday, Aug. 5, 2019. Stocks plunged on Wall Street Monday on worries about how much President Donald Trump's escalating trade war with China will damage the economy. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka ambles pada perdagangan Jumat (30/4/2021), setelah investor memilih merealisasikan keuntungan dan menafikan rilis kinerja positif Amazon.

Indeks Dow Jones Industrial Average drop 124 poin (-0,36%) pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan selang 20 menit menjadi minus 117,9 poin (-0,35%) ke 33.942,44. Indeks S&P 500 dan Nasdaq kompak melemah 0,41%, masing-masing menjadi 4.194,12 dan 14.025,33.

Amazon, konstituen indeks Nasdaq terakhir yang merilis kinerja keuangannya, mencetak rekor laba bersih tertinggi pada kuartal I-2021 yakni sebesar US$ 8,1 miliar, setelah penjualan melesat 44% menjadi US$ 108 miliar atau melampaui ekspektasi pasar.

Kinerja ini menunjukkan bahwa permintaan masih sangat kuat untuk bisnis ritel online di tengah pembukaan ekonomi, yang didukung unit bisnis lain seperti komputasi awan dan bisnis periklanan. Harga saham perseroan melesat 1% di pembukaan.

Namun, reli itu menjadi tak berarti karena saham lain terkoreksi signifikan seperti Twitter yang kinerjanya justru di bawah ekspektasi pasar. Dengan pengguna aktif 199 juta, laba bersihnya per saham hanya US$ 0,16 sehingga saham perseroan dibuka ambles 14%. Saham Apple melemah 0,7% setelah Uni Eropa mengumumkan bahwa toko aplikasinya melanggar aturan persaingan.

Exxon Mobil, Chevron, dan Colgate-Palmolive merilis kinerja keuangannya per kuartal I-2021 hari ini. Saham Chevron anjlok setelah laba per saham tak mampu memenuhi ekspektasi pasar, sementara saham Colgate-Palmolive naik 1,5% setelah kinerjanya lebih baik dari estimasi pasar.

Pada Kamis, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melesat 240 poin (+0,71%) ke 34.060,36 pada penutupan perdagangan dan S&P 500 naik 28,3 poin (+0,68%) ke 4.211,47. Nasdaq menguat hanya 31,5 poin (+0,22%) ke 14.082,55. Sepanjang pekan berjalan, S&P 500 terhitung naik 0,75%, Dow Jones naik kurang dari 0,1% sedangkan Nasdaq tumbuh 0,47%.

Personal Consumption Expenditure (PCE) yang mencerminkan inflasi inti di Negara Adidaya tercatat naik 2,3% (tahunan) pada Maret dan 0,5% (bulanan). Februari lalu, angka PCE tumbuh 1,4% secara tahunan, melambat dibandingkan laju Januari 2021 yang sebesar 1,5%.

Angka Maret itu jauh lebih buruk dari konsensus dalam polling Tradingeconomics yang memperkirakan angka 1,8% (tahunan). Lonjakan hingga melewati batas 2% ini dibarengi kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun ke level 1,647%.

"Semua anak panah tertuju pada kenaikan tekanan inflasi. Kita tahu bahwa The Fed sudah sadar; sudah persiapan," tutur Patrick Leary, kepala perencana pasar Incapital, seperti dikutip CNBC International.

Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell menyatakan bahwa pihaknya akan mempertahankan angka 2% "untuk beberapa waktu" sebelum menghentikan kebijakan pembelian aset dan suku bunga acuan mendekati nol persen.

Namun, kenaikan inflasi bagaimanapun memicu kenaikan imbal hasil yang membuat aset obligasi pemerintah menjadi lebih menarik ketimbang pasar saham. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular