Bursa Asia Tak Bergairah, Kospi & Hang Seng Naik Tipis Saja

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
28 April 2021 08:51
Laju bursa saham domestik langsung tertekan dalam pada perdagangan hari ini, Kamis (10/9/2020) usai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumumkan akan memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai Senin pekan depan.

Sontak, investor di pasar saham bereaksi negatif. Indeks Harga Saham Gabungan anjlok lebih dari 4% ke level 4.920,61 poin. Investor asing mencatatkan aksi jual bersih Rp 430,47 miliar sampai dengan pukul 10.18 WIB.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia mayoritas dibuka melemah pada perdagangan Rabu (28/4/2021), setelah bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (27/4/2021).

Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,33%, Shanghai Composite China surut 0,36%, dan Straits Times Index (STI) Singapura terdepresiasi 0,15%.

Sedangkan untuk indeks KOSPI Korea Selatan dibuka menguat 0,13% dan Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,05%.

Dari Jepang, data penjualan ritel periode Maret 2021 resmi dirilis pada pagi hari ini, di mana penjualan ritel Negeri Matahari Terbit tersebut naik menjadi 5,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar -1,5%.

Angka ini lebih tinggi dari consensus Reuters yang memperkirakan penjualan ritel Negeri Matahari Terbit tumbuh ke level 4,7%.

Sementara itu dari kabar korporasi, investor akan memantau saham Alibaba, setelah Wall Street Journal melaporkan bahwa China sedang menyelidiki bagaimana sang pendiri Alibaba, Jack Ma mendapat persetujuan cepat untuk pencatatan saham perusahaan tahun lalu.

Beralih ke AS, bursa saham Wall Street berakhir variatif pada perdagangan Selasa (27/4/2021). Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,1% ke level 33.984,93. Sebaliknya, S&P 500 surut 0,02% ke 4.186,72 dan Nasdaq drop 0,34% ke 14.090,22.

Koreksi Nasdaq terjadi bersamaan dengan ambrolnya saham Tesla sebesar -4,5%, setelah perseroan mengumumkan bahwa kinerjanya tertolong berkat jualan Bitcoin. Perusahaan yang dikendalikan Elon Musk tersebut sahamnya sudah anjlok 20% dari rekor tertingginya, meski masih terhitung melesat 300% dalam 12 bulan terakhir.

Pelaku pasar memantau rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan meramu kebijakan moneter terbarunya. Pasar memperkirakan tidak akan ada perubahan dalam kebijakan moneter.

Survei CNBC International berujung pada proyeksi suku bunga acuan tetap di level sekarang 0-0,25% dan program pembelian aset yang tetap sebesar US$ 120 miliar per bulan.

Namun, pasar menanti apakah nada komentar Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell akan berubah terkait dengan inflasi, yang akan mempengaruhi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS.

Rilis data ekonomi di AS membantu memperkuat sentimen, dengan indeks harga rumah Februari S&P CoreLogic Case-Shiller melesat 12% (secara tahunan) dan 11,2% (bulanan) ke level tertingginya dalam 15 tahun. Ini mengindikasikan bahwa permintaan hunian kembali pulih.

Di sisi lain, indeks keyakinan konsumen versi Conference Board melesat tajam ke angka 121,7 yang merupakan level tertingginya sejak Februari 2020, atau sejak era pandemi. Data ini mensinyalkan bahwa belanja masyarakat AS bakal menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular