Asing Masih Jual Saham Big Cap, tapi Borong Saham BCA

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
27 April 2021 18:00
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia -Pasar saham dalam negeri kembali berakhir di zona merah pada Selasa (27/4/2021) dan kembali gagal menembus level psikologis 6.000. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis 0,09% ke level 5.959,62 pada penutupan hari ini.

Data perdagangan mencatat sebanyak 193 saham naik, 300 saham turun, dan 141 lainnya flat. Nilai transaksi pada perdagangan hari ini turun tipis menjadi Rp 9,8 triliun dan investor asing kembali melepas saham-saham di pasar reguler sebesar Rp 91 miliar.

Lagi-lagi, beberapa saham dengan kapitalisasi terbesar (big cap) menjadi incaran aksi jual investor asing pada hari ini dan dua diantaranya saham big cap perbankan. Adapun saham-saham yang dijual oleh investor asing pada perdagangan Selasa (27/4/2021) adalah:

Disaat IHSG tak kuat menanjak dan asing masih keluar dari pasar saham dalam negeri, namun asing juga memburu beberapa saham. Asing masih memborong saham perbankan big capi paling 'jumbo' yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

Berikut saham-saham yang diborong oleh asing pada perdagangan hari ini.

Memang saham BBCA hari ini menjadi emiten yang paling banyak ditransaksikan dengan nilai total Rp 850 miliar. Namun sayangnya, penguatan bank yang dikendalikan oleh grup Djarum tersebut tidak cukup untuk "menyelamatkan" IHSG berbalik ke zona hijau.

Koreksi terjadi di tengah kekhawatiran kenaikan lagi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), menyusul indikasi bakal menguatnya inflasi di Negeri Sam. Jika imbal hasil obligasi acuan di AS naik, maka pembalikan modal berpeluang terjadi.

Selain itu sentimen di bursa Asia juga tengah memburuk menyusul kenaikan kasus Covid-19 di India yang kian berlarut-larut, sementara bank sentral Jepang membagikan sentimen negatif dengan proyeksinya bahwa target inflasi sebesar 2% bakal sulit dicapai meski perekonomian Negeri Matahari Terbit sudah digelontor dengan stimulus.

Dengan kata lain, target pertumbuhan ekonomi yang dipatok oleh Perdana Menteri Haruhiko Kuroda sulit dicapai karena ekonomi masih lemah. Jepang merupakan negara dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di Asia Pasifik setelah China, yakni sekitar US$ 5.100 triliun.

Sementara itu, Jerman membagikan menjadi sentimen negatif di pasar saham. Salah satu negara yang menghadapi kenaikan kasus Covid-19 tersebut sudah menerapkan aturan pembatasan aktivitas masyarakat (lockdown) yang lebih ketat dan bakal berlaku hingga Juni nanti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular