
Rame Mata Uang Kripto, Lebih Cuan Mana Bitcoin atau Litecoin?

Jakarta, CNBC Indonesia - Demam mata uang kripto (cryptocurrency) melanda banyak orang akhir-akhir ini. Banyak yang menentang mata uang ini dengan segudang alasan, mulai dari dianggap punya lindung nilai terburuk sampai dianggap sebagai judi.
Namun, tidak sedikit pula yang mendukung dan ikut menikmati 'roller-coaster' pergerakan uang digital ini, termasuk pendiri pabrikan mobil asal Amerika Serikat (AS) Tesla, Elon Musk.
Setelah beberapa hari terakhir ambles, deretan mata uang kripto kembali melanjutkan penguatannya pada perdagangan sejak pagi ini, Selasa (27/4/2021), setelah berhasil rebound pada Senin (26/4) kemarin.
Berdasarkan data Investing.com, mata uang kripto yang paling populer sekaligus dengan kapitalisasi pasar terbesar (market cap), Bitcoin (BTC) naik 2,41% ke US$ 53.807,7 atau setara dengan 753.307.800 (asumsi kurs US$ 1 = Rp 14.000) pada pukul 12.49 WIB.
Sementara, mata uang kripto lainnya, seperti Ethereum (ETH) terapresiasi 2,34% menjadi US$ 2.526,87 atau Rp 35.376.180.
Dalam kesempatan ini Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara ringkas perbandingan potential gain antara Bitcoin, yang dianggap sebagai mata uang kripto pertama, dan Litecoin, yang termasuk generasi awal mata uang kripto.
Dalam sehari terakhir, Bitcoin naik 2,41%, sementara Litecoin melesat 3,71% ke US$ 250,73 atau Rp 3.510.220.
Sementara, dalam sepekan, harga Bitcoin terkoreksi -0,36%. Berbeda, harga Litecoin malah tumbuh 1,40% dalam seminggu belakangan.
Adapun dalam sebulan, Bitcoin juga ambles 1,43%, sementara Litecoin melejit 37,91%.
Memang, dalam setahun terakhir, mata uang kripto semakin digemari. Ini bisa dilihat dari pertumbuhan luar biasa harga Bitcoin yang sebesar 614,41% dalam setahun belakangan. Sementara, Litecoin sudah meroket sebesar 473,98%.
Di bawah ini grafik harga Bitcoin dan Litecoin secara year to date (YTD).
![]() Kripto |
Bisa dilihat, kenaikan dan penurunan harga Bitcoin cenderung diikuti oleh Litcoin. Ketika harga Bitcoin naik, Litcoin cenderung ikut naik. Begitu pun sebaliknya, saat Bitcoin terpuruk, Litecoin juga ikut ambruk.
Informasi saja, Bitcoin diciptakan menggunakan software open-source oleh seseorang anonim bernama Satoshi Nakamoto pada 2009 silam.
Selang dua tahun, pada Oktober 2011, Litecoin hadir sebagai hasil dari proyek seorang mantan karyawan Google yang juga jebolan Massachusetts Institute of Technology (MIT) bernama Charles "Charlie" Lee.
Dalam sebuah wawancara dengan CNBC Internasional pada Senin (26/4), Charlie menjelaskan sejumlah perbedaan antara Bitcoin dan Litecoin seiring begitu liarnya volatilitas harga mata uang kripto.
"Saya selalu menganggap Bitcoin sebagai emas digital dan Litecoin sebagai perak digital," kata Charlie, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (27/4).
Selain itu, perbedaan mendasar antara kedua mata uang kripto terlama itu terkait dengan perbedaan algoritma penambangan (mining).
Asal tahu saja, algoritma yang digunakan Satoshi dalam Bitcoin disebut SHA-256, sementara Litecoin bernama Scrypt.
"Selain itu, ia [Litecoin] lebih cepat dan memiliki koin yang lebih banyak ketimbang Bitcoin," jelas Charlie.
Charlie bilang, transaksi Bitcoin terjadi setiap 10 menit, sementara Litecoin lebih cepat. Dilansir dari Investopedia, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memunculkan block (block time) Litecoin, yakni 2,5 menit.
Block time sendiri merupakan ukuran waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah block, file data dalam jejaring blockchain.
Selain itu, Charlie menyoroti soal padat alias ramainya blockchain milik Bitcoin. Salah satu alasan utamanya, lantaran setiap orang berkompetisi untuk meraih block selanjutnya.
Sebagai catatan, penambang uang kripto, atau dalam hal ini Bitcoin, akan dihadiahi Bitcoin ketika mereka berhasil menambahkan block transaksi baru dalam blockchain.
"Mereka akan melakukannya dengan cara membayar lebih banyak fee," ujar Charlie.
Karena, kata Charlie, apabila tidak membayar fee lebih tinggi, seseorang bakal membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan block baru di Bitcoin.
Kemudian, dengan cara begitu fee alias biaya transaksi akhirnya melonjak tinggi. Menurut estimasi Charlie, orang-orang membayar fee per transaksi Bitcoin sebesar US$ 10, sementara fee Litecoin lebih murah.
Adapun menurut situs Bitinfocharts.com, rerata fee transaksi Bitcoin sebesar US$ 36,96, sementara Litecoin senilai US$ 0,046.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aturan Aset Kripto Diperketat, Harga Bitcoin Terjun Bebas