
Melemah di Kurs JISDOR, Rupiah Juga Terburuk ke 3 di Asia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kompak melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI) dan di pasar spot pada perdagangan Jumat (24/4/2021). Banyaknya sentimen negatif yang menghantui membuat rupiah sulit menguat pada hari ini, padahal dolar AS juga sedang lesu.
Di kurs tengah BI atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) rupiah berada di level Rp 14.548/US$, melemah 0,12% dibandingkan posisi Kamis kemarin.
Sementara itu di pasar spot, rupiah sebenarnya membuka perdagangan dengan menguat 0,04% ke Rp 14.510/US$.
Tetapi setelahnya berbalik melemah hingga 0,24% ke Rp 14.550/US$, sebelum menutup perdagangan di Rp 14.520/US$, melemah tipis 0,03%.
Meski pelemahan tipis, tetapi rupiah menjadi yang terburuk ketiga dibandingkan mata uang utama Asia lainnya. Hingga pukul 15:27 WIB, mayoritas mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS, rupiah hanya lebih baik dari baht Thailand yang melemah 0,06% dan peso Filipina 0,04%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Meski rupiah hari ini melemah, tetapi dalam sepekan mampu menguat 0,27%. Hal tersebut membuat rupiah akhirnya menghentikan periode buruk tidak pernah menguat dalam 9 pekan terakhir secara mingguan.
Penguatan rupiah seharusnya bisa lebih besar lagi sebab indeks dolar AS hingga sore ini merosot 0,33%.
Tetapi sayangnya rupiah dibayangi sentimen negatif. Setelah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dipangkas, kini peringkat surat utang belum mendapat kenaikan.
Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini menjadi 4,3%, dibandingkan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu sebesar 4,8%. Pada bulan Oktober tahun lalu, IMF bahkan memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan melesat 6,1%.
Kemudian Bank Indonesia (BI) Selasa lalu mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan 3,5%. Namun, BI menurunkan proyeksi produk domestik bruto (PDB) tahun ini menjadi 4,1-5,1% dari sebelumnya 4,3-5,3%.
Sementara itu, lembaga pemeringkat global yang berbasis di New York AS, Standard and Poor's (S&P) masih mempertahankan prospek atau outlook "negatif" atas surat utang Indonesia dengan rating BBB pada 22 April 2021.
Peringkat surat utang Indonesia diturunkan menjadi "negatif" dari sebelumnya "stabil" pada 17 April 2020 lalu.
Berdasarkan laporan resmi S&P dikutip Jumat pagi (23/4), lembaga rating ini menyatakan bahwa peringkat Indonesia dipertahankan pada level BBB (Investment Grade) karena prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat dan rekam jejak kebijakan yang berhati-hati yang tetap ditempuh otoritas.
Pada sisi lain, S&P juga menyatakan bahwa risiko fiskal dan risiko eksternal terkait pandemi Covid-19 perlu menjadi perhatian.
S&P memperkirakan perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terakselerasi pada 2022 seiring percepatan program vaksinasi dan normalisasi aktivitas ekonomi secara bertahap.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PDB RI Terburuk Sejak Krismon, Rupiah Apa Kabar?
