Citi 'Cabut' dari RI, Bagaimana Nasib Bisnis Sekuritasnya?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
19 April 2021 14:45
Citigroup
Foto: CNBC

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Citigroup Sekuritas Indonesia, anak usaha Citi Indonesia menyebutkan bisnis sekuritas dan fixed income (bisnis instrumen pendapatan tetap, obligasi) masih akan tetap dipertahankan di Indonesia. Hal ini menyusul hengkangnya bisnis Consumer Bank yang digarap oleh bank asal Amerika Serikat ini dari 13 negara, termasuk Indonesia.

Direktur Citigroup Sekuritas Indonesia John Tambunan mengatakan bisnis Citibank yang akan meninggalkan Indonesia hanya Retail Consumer, sedangkan Corporate Banking masih akan beroperasi seperti biasa.

"Citi akan menutup business Retail Consumer bank nya saja, sementara business Corporate Banking nya masih berjalan seperti biasa. [Sekuritas] Masih tetap beroperasi,tapi kalau bisnis fixed income yang handle Citibank Corporate Banking," kata John kepada CNBC Indonesia, Senin (19/4/2021).

Dalam kesempatan terpisah, Corporate Affairs Citi Indonesia Tito Pasaribu menyebutkan Citi Indonesia akan terus beroperasi di Indonesia melalui unit Institutional Clients Group (ICG), antara lain TTS (Treasury and Trade Solutions), dan MSS (Markets and Securities Services / Custodian).

Selain itu juga untuk layanan Banking Capital Market Advisory (BCMA) bagi nasabah-nasabah institusional yang terdiri dari perusahaan lokal, pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara, lembaga keuangan dan perusahaan multinasional, Citi Commercial Bank (CCB) dan layanan pasar modal melalui PT Citigroup Sekuritas Indonesia.

Hal ini menyusul keputusan CEO Citi Jane Fraser pekan lalu. Dia mengatakan perseroan akan memfokuskan bisnis Global Consumer Bank di Asia dan EMEA (Europe, the Middle East and Africa) yang menjadi pusat keuangan dunia yakni Singapura, Hong Kong, UEA (Uni Emirat Arab), dan London.

Sebab itu, Citi bermaksud untuk keluar dari bisnis retail banking di 13 negara termasuk Indonesia. Ke-13 negara itu yakni di Australia, Bahrain, Cina, India, Indonesia, Korea, Malaysia, Filipina, Polandia, Rusia, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

Langkah ini dianggap sebagai bagian dari tinjauan berkelanjutan atas strategi perusahaan oleh Jane Fraser, yang mengambilalih posisi CEO pada bulan lalu.

"Ini memposisikan kami untuk menangkap pertumbuhan yang kuat dan pengembalian menarik yang ditawarkan bisnis manajemen kekayaan melalui pusat-pusat penting ini," kata Fraser.

"Sementara 13 pasar lainnya memiliki bisnis yang sangat baik, kami tidak memiliki skala yang kami butuhkan untuk bersaing," kata Fraser.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Geger Citi Cabut Bisnis Ritel di 13 Negara, Begini Kinerjanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular