
Investor Lagi Kesengsem sama Bitcoin, Emas mah Lewat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terjebak di rentang pergerakan harga yang sempit. Untuk bisa kembali mencapai level all time high emas membutuhkan tenaga yang kuat. Salah satunya berasal dari inflasi.
Pada perdagangan Kamis (15/4/2021), harga emas dunia di pasar spot turun tipis 0,09% ke US$ 1.734,4/troy ons. Pada sesi perdagangan sebelumnya harga emas ditutup dengan koreksi 0,45%.
Harga emas sempat tembus US$ 1.750/troy ons. Namun tak bertahan lama dan akhirnya drop lagi. Harga emas terjebak di rentang US$ 1.730 - US$ 1.750. Sulit sekali rasanya emas keluar dari level tersebut.
Di saat harga emas cenderung susah bergerak, harga Bitoin malah terus mencetak rekor barunya. Kini untuk satu keping koin digital itu harganya sudah tembus US$ 62.000.
Padahal di awal tahun harga Bitcoin masih di bawah US$ 30.000/BTC. Artinya sepanjang tahun ini harga Bitcoin sudah naik 115%. Sementara itu harga emas malah turun tajam dengan koreksi nyaris 9% di waktu yang sama.
Banyak orang yang lari ke Bitcoin ketimbang emas di saat ada risiko inflasi yang tinggi tetapi risk appetite sedang bagus. Bahkan ada yang menyamakan Bitcoin adalah emas digital.
Investor cenderung memilih Bitcoin karena merupakan salah satu aset yang baru dan belum terlihat korelasinya dengan aset-aset lain. Di satu sisi mata uang kripto ini menawarkan imbal hasil yang sangat menarik. Namun di sisi lain risikonya juga besar yang tergambar dari volatilitasnya yang tajam.
Dalam kondisi saat ini di mana kebijakan makroekonomi serba akomodatif, emas cenderung diuntungkan. Apalagi dengan adanya ekspektasi inflasi yang tinggi mengingat emas termasuk aset untuk lindung nilai dari devaluasi mata uang (inflation hegde).
Kenaikan inflasi juga tercermin dari imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang mengalami kenaikan. Hanya saja pernyataan The Fed bahwa inflasi akan melonjak tetapi bersifat temporer tak mampu menjadi katalis positif bagi emas.
The Fed menargetkan inflasi akan berada di sasaran target rata-rata 2%. Dengan outlook ekonomi AS yang lebih baik dan inflasi terpelihara tentu saja tak cukup mendorong emas bergerak lebih tinggi.
Emas baru bisa benar-benar meroket ketika inflasi yang tinggi cenderung bersifat tahan lama dan bukanlah siklikal. Saat itu terjadi kemungkinan besar emas akan menjadi buruan banyak orang dan menjadi primadona lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bitcoin Diramal Bisa Rp 2 M/btc, Kalau Harga Emas Berapa?