
Dow Dibuka Drop Gara-Gara Inflasi Lebih Tinggi dari Estimasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka di zona merah pada perdagangan Selasa (13/4/2021), setelah otoritas merekomendasikan penghentian penggunaan vaksin Johnson & Johnson (J&J) karena efek samping penggumpalan darah.
Indeks Dow Jones Industrial Average drop 150 poin pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan 15 menit kemudian menjadi minus 169,2 poin (-0,5%) ke 33.576,24. S&P 500 turun 0,27 poin (-0,01%) ke 4.127,72. Namun, Nasdaq lompat 100,65 poin (+0,73%) ke 13.950,64.
Koreksi terjadi setelah inflasi Maret AS dilaporkan sebesar 0,6% (bulanan) dan mencapai 2,6% (tahunan). Capaian itu lebih tinggi dari proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones yang memprediksi angka 0,5% (bulanan) dan 2,5% (tahunan).
Inflasi inti, yang mencerminkan naik-turunnya daya beli karena mengecualikan komoditas dengan harga bergejolak seperti makanan dan energi, tercatat naik 0,3% (bulanan) dan 1,6% (tahunan).
"Kita akan segera melihat imbas pandemi Covid-19 2020 di data ekonomi. Area khusus yang menjadi fokus adalah inflasi. Pesan kami sederhana: jangan termakan kenaikan palsu ini," tulis Putnam Investments dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Pemerintah dan bank sentral AS kompak menyatakan bahwa inflasi AS akan meningkat beberapa bulan ke depan. Kenaikan itu diduga bersifat sesaat karena kecilnya basis Maret 2020 akibat pembatasan masyarakat (lockdown) dan mulai dibelanjakannya stimulus.
Pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyatakan kesediaannya untuk membiarkan inflasi meninggi dalam beberapa waktu tanpa melakukan perubahan kebijakan akomodatif mereka, termasuk dalam ha pembelian aset di pasar dan suku bunga acuan mendekati 0%.
Pasar surat utang pun sedikit tertekan pada Senin, dengan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun (yang menjadi acuan pasar) sedikit menguat ke 1,66%. Kenaikan yield menunjukkan bahwa harga sedang tertekan.
Kabar buruk datang dari vaksin besutan emiten AS Johnson & Johnson dilaporkan memicu kasus penggumpalan darah akut terhadap enam orang penerima vaksin di AS. Dugaan tersebut kini sedang ditelusuri Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention).
"Kami merekomendasikan jeda penggunaan vaksin ini menyusul banyaknya peringatan," ujar Badan Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) dalam pernyataannya di Twitter.
Saat ini, ada 6,8 juta vaksinĀ mereka yang siap disuntikkan ke warga AS. Saham J&J anjlok 2,5% di pembukaan, sementara saham kompetitornya yakni Moderna melesat 5,4%. Saham siklikal pun tertekan karena situasi itu berpeluang menunda pemulihan ekonomi AS, seperti American Airlines yang ambles hingga 2%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Produsen AS Melandai, Wall Street Dibuka Menguat!