Wall Street Dibuka Variatif, Nasdaq Cenderung Tertekan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
09 April 2021 20:59
Trader James Dresch, center, and specialist Anthony Matesic, right, work on the floor of the New York Stock Exchange, Friday, Jan. 4, 2019. Stocks are jumping at the open on Wall Street Friday as investors welcome news of trade talks between the U.S. and China and a big gain in jobs in the U.S. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak variatif pada perdagangan Jumat (9/4/2021), setelah kemarin terjadi aksi cetak rekor tertinggi yang baru.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 20 poin pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan 30 menit kemudian bertambah menjadi 92 poin (+0,27%) ke 33.595,58. S&P 500 naik 6 poin (+0,14%) ke 4.103,18 tetapi Nasdaq turun 34,4 poin (-0,25%) ke 13.794,92.

Harga saham Carnival Corp naik 1,5% setelah dua kali dinaikkan peringkatnya di pasar di tengah kenaikan permintaan dan potensi dibukanya kembali libur musim panas. Saham JPMorgan tumbuh 0,9%. Sebaliknya, saham teknologi seperti Apple dan Netflix cenderung melemah.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik tipis, setelah sempat bercokol di kisaran 1,6% pada pagi tadi. Saham-saham teknologi menguat sepanjang pekan berjalan menyambut perkembangan tersebut.

Mayoritas indeks saham mengarah pada reli mingguan. Indeks Dow Jones naik nyaris 1,6% sepanjang pekan berjalan, indeks S&P 500 melesat lebih dari 1,9% sedangkan Nasdaq telah terbang 2,5% lebih.

Pada Kamis saja, Dow Jones menguat 57 poin, ditopang saham Apple yang melompat nyaris 2% sedangkan indeks S&P 500 menguat 0,42% dan ditutup pada rekor tertinggi untuk kedua hari berturut-turut. Nasdaq menguat lebih dari 1% berkat saham Amazon, Netflix, Microsoft dan Alphabet (induk usaha Google).

Investor kemarin mengesampingkan rilis data Departemen Tenaga Kerja yang menunjukkan pengajuan klaim tunjangan pengangguran baru pada pekan lalu yang mencapai 744.000 unit. Ekonom dalam polling Dow Jones sebelumnya memperkirakan angkanya hanya 694.000.

Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell menilai pemulihan ekonomi AS "tak merata," mengindikasikan bahwa kebijakan moneter masih akan longgar sampai pemulihan yang lebih agresif dicapai. Imbal hasil obligasi pemerintah AS pun tertekan.

"Pemulihan masih tak merata dan belum lengkap," ujar dia pada Kamis dalam pidato virtual yang diselenggarakan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF). "Ketidakmerataan yang kita bicarakan ini adalah persoalan yang sangat serius."

Indeks harga produsen melompat 1% pada Maret, atau lebih baik dari proyeksi ekonom dalam survei Dow Jones yang memperkirakan angka 0,4%. Secara tahunan, indeks yang mengukur inflasi di tingkat penjualan grosir tersebut naik 4,2%, atau reli bulanan terbaik dalam lebih dari 9 tahun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular