Top! Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun & Jadi Juara 2 Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 April 2021 15:57
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses membukukan hat-trick alias penguatan 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (7/4/2021). Dolar AS sedang tertekan serta sentimen pelaku pasar yang sedang bagus membuat rupiah perkasa.

Rupiah terlihat menjanjikan begitu perdagangan hari ini dibuka, tetapi setelahnya penguatan justru semakin terpangkas. Melansir data Refinitiv, rupiah langsung melesat 0,34% ke Rp 14.450/US$. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat pada hingga pertengahan hari ini, rupiah perlahan mengendur.

Selepas tengah hari, rupiah rupiah bahkan sempat melemah tipis 0,03% di Rp 14.505/US$, sebelum akhirnya kembali menguat 0,07% ke Rp 14.490/US$ di penutupan perdagangan.

Meski tipis, penguatan tersebut sudah cukup membawa rupiah menguat 3 hari beruntun. Dalam dua perdagangan sebelumnya rupiah juga menguat tipis-tipis 0,07%.

Dibandingkan mata uang utama Asia lainnya, rupiah hari ini menjadi yang terbaik kedua. Hingga pukul 15:08 WIB, rupiah hanya kalah dari won Korea Selatan yang menguat 0,13%, di posisi tiga ada dolar Taiwan yang menguat sangat tipis 0,01%, sementara mata uang lainnya melemah.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia. 

Dolar AS yang sedang tertekan akibat rilis data tenaga kerja yang menunjukkan rata-rata upah per jam turun 0,1% di bulan Maret. Upah merupakan faktor penting yang bisa menentukan tingkat inflasi, ketika rata-rata upah menurun, maka konsumen akan kemungkinan mengurangi belanja, dan tekanan inflasi menjadi berkurang.

Ketika tekanan inflasi berkurang, maka bank sentral AS (The Fed) akan mempertahankan kebijakan moneter ultra longgarnya. Hal tersebut membuat dolar AS tertekan, indeksnya merosot 0,46% pada hari Senin, dan kemarin juga turun 0,28%.

Penurunan indeks dolar AS dalam 2 hari beruntun tersebut membuat rupiah menguat pada hari ini.

Sementara itu sentimen pelaku pasar membaiknya setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global membuat rupiah perkasa. Sebagai mata uang emerging market, saat sentimen pelaku pasar membaik rupiah akan cenderung diuntungkan.

Dalam konferensi pers di sela-sela Pertemuan Musim Semi (Spring Meeting), Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath menyebut proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini adalah 6%. Naik dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 5,5%. Jika Produk Domestik Bruto (PDB) dunia benar-benar tumbuh 6%, maka akan menjadi catatan terbaik sejak 1973.

"Meski ada ketidakpastian yang sangat besar karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), tetapi jalan keluar dari krisis ini semakin terlihat nyata," tegas Gopinath, sebagaimana diwartakan Reuters.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cadangan Devisa Indonesia Turun Dari Rekor Tertinggi

Pergerakan rupiah juga dipengaruhi rilis cadangan devisa (cadev) pagi tadi. Cadev penting karena menjadi amunisi bagi Bank Indonesia (BI) untuk melakukan intervensi kala rupiah mengalami gejolak.

Cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan di bulan Maret lalu. Meski demikian, cadev masih tinggi sebab di bulan Februari berada US$ 138,8 miliar yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.

Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan cadev per akhir Maret sebesar US$ 137,1 miliar, turun US$ 1,7 miliar dari bulan Februari.

"Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2021 tercatat sebesar 137,1 miliar dolar AS, tetap tinggi meskipun menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Februari 2021 sebesar 138,8 miliar dolar AS," tulis BI dalam rilisnya, Rabu (7/4/2021).

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 10,1 bulan impor atau 9,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan"

Menurut BI, penuruan cadangan devisa utama terjadi karena pembayaran utang luar negeri pemerintah yang jauh tempo.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pembiayaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, utang pemerintah yang jatuh tempo di tahun ini sebsar Rp 268 trillun. Dari total tersebut sebanyak Rp 211 triliun merupakan utang di Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp 67 triliun merupakan pinjaman luar negeri.

Selain pembayaran utang jatuh tempo, rupiah yang mengalami tekanan di bulan Maret lalu kemungkinan besar juga menggerus cadev. Pelemahan rupiah tentunya membuat kebutuhan penggunaan cadev untuk melakukan intervensi cukup besar.

Sepanjang bulan Maret, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sekitar 2%, dan menyentuh level terlemah dalam 5 bulan terakhir.

Guna menstabilkan nilai tukar rupiah, BI melakukan triple intervention, yakni intervensi di Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), di pasar spot, dan di pasar SBN.

"BI telah dan akan selalu berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar melalui instrumen triple intervention di Spot market, DNDF jual serta pembelian SBN yang dilakukan secara terukur baik jumlah atau sequence-nya, timely dengan tetap mengedepankan mekanisme pasar sesuai fundamentalnya," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Hariyadi Ramelan kepada CNBC Indonesia, Selasa (30/3/2021).

Hariyadi menyampaikan, kondisi sekarang paling besar dipengaruhi oleh sentimen negatif dari AS. Sehingga tekanan terhadap rupiah tidak bisa dihindarkan.

"Dinamika pelemahan rupiah lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu penguatan nilai tukar USD secara broadbased ke level tertinggi selama 4 bulan terakhir," kata Hariyadi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular