Diserbu Tiga Sentimen Buruk, IHSG Tersungkur 1,78% di Sesi 1

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
31 March 2021 11:48
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka di zona merah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terkoreksi pada penutupan perdagangan sesi pertama Rabu (31/3/2021), di tengah serbuan tiga sentimen negatif secara bersamaan.

IHSG dibuka turun 0,41% ke level 6.062,95 dan berlanjut hingga penutupan sesi pertama dengan koreksi 1,78% (107,979 poin) menjadi 5.963,463. Menurut data RTI, hanya 108 saham yang menguat, sementara 368 tertekan dan 145 lainnya flat.

Transaksi bursa kembali agak surut dengan 7,6 miliaran saham diperdagangkan, sebanyak 606.000-an kali. Nilai transaksi bursa terhitung tipis, yakni sebesar Rp 5,3 triliun, atau jauh dari nilai transaksi di periode awal Januari yang menyentuh Rp 12 triliun (pada sesi 1 saja).

Investor asing mencetak penjualan bersih (net sell) Rp 386,5 miliar di pasar reguler. Saham yang dilego adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai transaksi Rp 449,6 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencetak nilai transaksi Rp 457,5 miliar.

Kedua saham bank tersebut kompak anjlok sebesar 2,6% masing-masing menjadi Rp 31.150 dan Rp 4.380 per saham. Keduanya menjadi yang teratas dari sisi nilai transaksi, diikuti saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebesar Rp 327,7 miliar.

Koreksi di bursa nasional terjadi menyusul kombinasi tiga sentimen negatif dari dalam dan luar negeri yang menyergap bursa secara bersamaan. Sentimen negatif dari dalam negeri muncul dari wacana pengurangan investasi saham dan reksa dana BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek).

Sementara itu, risiko pelarian modal (capital outflow) kian membayang tekanan jual sejalan dengan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun ke posisi tertinggi selama 14 bulan yakni di level 1,7%.

Tingginya imbal hasil obligasi acuan di AS tersebut bisa memicu penarikan dana dari pasar surat utang nasional, yang memicu pelemahan rupiah. Pada gilirannya, tekanan kurs membuat aset investasi asing di bursa saham menjadi tergerus nilainya ketika ditukarkan ke dolar AS.

Secara bersamaan, harga komoditas utama nasional berguguran di pasar global, seperti misalnya minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang anjlok 4,7% (ke RM 3.574/ton). Nikel turun 1,9% (ke US$ 15,897,5/ton), timah melemah 0,1% (ke US$ 25.282,5/ton), dan emas drop 1,7% (ke US$ 1.684,2/troy ounce).

Kenaikan hanya terjadi pada harga batu bara sebesar 0,9% (ke US$ 93,85/ton).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article US Treasury Hingga BP Jamsostek Bikin IHSG Anjlok 6% di Maret

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular