
Bursa Asia Dibuka Beragam, Nikkei-Shanghai Melemah Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia mayoritas dibuka menguat pada perdagangan Rabu (31/3/2021), seiring dari respons positif investor terkait rilis data aktivitas manufaktur dan jasa China yang kembali tumbuh pada Maret 2021.
Tercatat indeks Hang Seng Hong Kong dibuka menguat 0,55%, Straits Times Index (STI) Singapura terapresiasi 0,25%, dan KOSPI Korea Selatan tumbuh 0,17%.
Sedangkan untuk indeks Nikkei Jepang dibuka melemah tipis 0,52% dan indeks Shanghai Composite China dibuka terkoreksi 0,3% pada perdagangan hari ini.
Padahal, kabar positif hadir di pasar Asia hari ini, di mana aktivitas manufaktur dan jasa di China, yang tercermin di indeks manajer pembelian (Purchasing Manager' Index/PMI) kembali berekspansi pada Maret 2021.
Berdasarkan data dari National Bureau of Statistics (NBS) dan Trading Economics, PMI manufaktur China tumbuh menjadi 51,9 pada Maret 2021, dari sebelumnya di angka 50,6 pada Februari 2021.
Sedangakn PMI jasa China juga tumbuh signifikan menjadi 56,3 pada Maret 2021, dari sebelumnya di angka 51,4 pada Februari 2021.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi, dan di atas 50 berarti ekspansi.
Selain data PMI China, data ekonomi lainnya yang telah dirilis pada pagi hari ini adalah data indeks keyakinan bisnis (IKB Korea Selatan (Korsel).
Berdasarkan data dari Trading Economics, IKB Korsel naik ke angka 89 pada Maret 2021, dari sebelumnya di angka 82 pada Februari 2021.
Dari berita emiten (saham) di Asia, saham produsen mobil ternama di Korea Selatan, Hyundai Motor melemah 0,46% pada perdagangan pagi ini. Pelemahan terjadi setelah perusahaan mengumumkan akan menghentikan sementara produksi di pabrik No. 1 di Ulsan, Korea Selatan, dari 7 April hingga 14 April 2021.
Dalam sebuah pernyataan, Hyundai mengatakan suspensi itu karena "kondisi pasokan" suku cadang semikonduktor untuk sistem kamera tampak depan kendaraan utilitas Kona serta modul listrik daya untuk Ioniq 5 yang sedang menurun.
Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali melemah pada perdagangan Selasa (30/2/2021) waktu setempat, karena saham teknologi utama kembali tertekan setelah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS acuan tenor 10 tahun kembali naik dan menyentuh level tertinggi sejak Januari 2020.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,31% ke level 33.066,96, S&P 500 terkoreksi 0,31% ke 3.958,79, dan Nasdaq Composite turun 0,11% ke 13.045,39.
Saham Apple dan Microsoft menjadi top lossers dari 30 saham di indeks Dow Jones, di mana keduanya terjatuh lebih dari 1%.
Yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) acuan tenor 10 tahun naik 6 basis poin (bp) ke level tertingginya 1,77% pada Selasa (30/3/2021) pagi waktu setempat.
Level tersebut merupakan level tertinggi dalam 14 bulan atau sejak Januari 2020, seiring dari peluncuran vaksin dan pengeluaran infrastruktur yang diharapkan mendorong prospek pemulihan ekonomi yang luas dan kenaikan inflasi. Namun pada penutupan pasar, yield Treasury kemudian melandai ke level 1,72%.
"Ada dua sisi yang berbeda dari kenaikan suku bunga, apakah itu didorong oleh ketakutan akan inflasi atau oleh optimisme tentang ekonomi? Dan belakangan ini lebih banyak didorong oleh optimisme tentang ekonomi, "kata Tom Hainlin, ahli strategi investasi global di U.S. Bank Wealth Management, dikutip dari CNBC International.
Investor AS menanggapi positif terkait rilis data kepercayaan konsumen AS yang jauh melebihi ekspektasi. Indeks Keyakinan Konsumen Conference Board (CB) melonjak menjadi 109,7 pada Maret 2021, tertinggi dalam periode satu tahun. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan indeks naik menjadi 96,8 dari 90,4 di Februari lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
