
Yield Obligasi AS Melesat, Ini Dampak ke RI Versi Sri Mulyani

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencermati pergerakan yield US Treasury yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir sehingga mempengaruhi pasar keuangan dalam negeri, meskipun dampaknya tidak terlalu besar.
Menurut Sri Mulyani, yield Surat Berharga Negara (SBN) memang ada peningkatan sebesar 11%. Akan tetap bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, peningkatan yang terjadi cukup rendah.
"Kenaikan yang terjadi di yield SBN kita masih rendah dibandingkan banyak negara berkembang," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (23/3/2021)
UST mengalami kenaikan sampai dengan 85% menjadi 1,7%. Sementara itu obligasi dengan jenis yang sama di Brasil mengalami kenaikan 29%, Filipina naik 48%, dan Rusia naik 29%.
Meski demikian, Sri Mulyani tetap akan terus waspada melihat pergerakan ke depan di pasar keuangan. Bank Sentral AS the Fed pekan lalu baru memberikan kepastian kalau tidak akan menaikkan suku bunga acuan walaupun inflasi AS menyentuh 2%.
"Ini sesuatu yang perlu kita jaga," tegasnya.
Kondisi pasar keuangan saat ini membuat aliran dana keluar dari Indonesia. Nilai tukar rupiah turut melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sri Mulyani tidak bisa memastikan sampai kapan kondisi ini akan mereda.
"Maka ini perlu diwaspadai terutama tren dunia terkait policy adjusment yang diambil dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia," ujarnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fenomena Baru: Milenial Hingga Emak-Emak Borong SBN Ritel