
Asing Lepas BRI-BCA-BNI, IHSG Jeblok di Sesi I

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlempar di teritori negatif pada perdagangan sesi pertama Rabu (17/3/2021), di tengah terus meningkatnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS). Padahal indeks acuan ini sempat menghijau di awal sesi.
IHSG dibuka naik 0,13% ke 6.318,06 tetapi berakhir di 6.2827,688 pada penutupan sesi pertama, atau melemah 0,35% (22 poin). IHSG hanya bertahan di jalur hijau sekitar 20 menit usai pembukaan dan kemudian tenggelam di zona merah.
Menurut data RTI, sebanyak 176 saham menguat, 265 tertekan dan 176 lainnya flat. Transaksi bursa kembali meningkat dengan 11,7 miliar saham diperdagangkan, sebanyak 746.000-an kali.
Namun, nilai transaksi bursa masih terbatas yakni sebesar Rp 6,3 triliun, atau jauh dari nilai transaksi di periode awal Januari yang menyentuh Rp 12 triliun (pada sesi 1 saja). Ini menandakan bahwa pelaku pasar cenderung berjaga-jaga, memegang dana tunainya.
Investor asing kali ini melakukan aksi beli, dengan nilai pembelian bersih (net buy) Rp 47,1 miliar di pasar reguler.
Ada setidaknya enam saham yang dikoleksi oleh investor asing pada perdagangan sesi I hari ini. Berikut keenam saham yang dikoleksi oleh investor asing pada penutupan perdagangan sesi I Rabu (17/3/2021).
Walaupun hari ini asing tercatat melakukan aksi beli, namun ada enam saham yang dilepas oleh asing, di mana dari enam saham tersebut, tiga diantaranya adalah saham perbankan besar, sehingga hal tersebut juga menjadi penyebab IHSG melemah kembali pada hari ini.
Adapun keenam saham yang dilepas oleh asing pada perdagangan sesi I hari ini adalah.
Hari ini, pelaku pasar berada di masa jeda untuk menunggu keputusan bank sentral nasional (Bank Indonesia) dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan menggelar rapat penentuan suku bunga acuan dimulai pada hari ini.
Selagi menunggu keputusan bank sentral nasional dan bank sentral AS, pelaku pasar masih dibayangi kekhawatiran imbal hasil (yield) obligasi pemerintah (US Treasury) bakal meninggi.
Yield obligasi tenor 10 tahun tersebut hari ini bertengger di level 1,62%, sedikit menguat dibandingkan dengan posisi Senin pada 1,61%.
Jika imbal hasil meningkat, maka ekspektasi kupon obligasi di pasar primer pun meningkat yang bakal memicu kenaikan beban pembiayaan bagi emiten obligasi dan berpeluang menekan kinerja keuangannya.
Bagi pasar emerging market, kenaikan imbal hasil di AS berpeluang menarik dana asing di pasar modal setempat untuk dibelikan US Treasury yang membagikan keuntungan lebih tinggi, menggantikan dana yang sebelumnya ada di sana tapi dipindah ke pasar saham AS.
Oleh karenanya, mereka menanti kepastian kebijakan moneter dan proyeksi inflasi Federal Reserve (The Fed) yang diikuti pidato singkat dari bos bank sentral AS Jerome Powell.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500