Rupiah Terguncang! Awal Pekan Dimulai dari Nasib Buruk

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 March 2021 16:12
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (15/3/2021), melanjutkan kinerja negatif belakangan ini. Sepanjang pekan lalu, rupiah membukukan pelemahan 0,63%, jika dilihat lebih ke belakang malah mencatat rekor buruk merosot 4 pekan beruntun dengan total 2,93%.

Kenaikan yield obligasi (Treasury) AS masih menjadi penekan utama Mata Uang Garuda.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.380/US$. Depresiasi berlanjut hingga 0,14% ke Rp 14.400/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 14.395/US$, melemah 0,1% di pasar spot.

Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga membukukan pelemahan. Hingga pukul 15:07 WIB, hanya won Korea Selatan, rupee India dan yuan China yang membukukan penguatan, itu pun tipis-tipis saja.

Sementara itu dolar Taiwan menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,25%, disusul baht Thailand dan rupiah melengkapi 3 besar terbawah.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Yield Treasury AS tenor 10 tahun pada hari ini turun 1,02 basis poin, tetapi masih berada di level tertinggi dalam satu tahun terakhir. Pada pekan lalu, yield Treasury tenor 10 tahun naik 8,1 basis poin ke 1,635%, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2020 lalu, sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) belum membabat habis suku bunganya menjadi 0.25%.

Melesatnya yield Treasury ke level pra pandemi tersebut terjadi akibat ekspektasi pemulihan ekonomi AS serta kenaikan inflasi. Alhasil, para pelaku pasar melepas kepemilikan Treasury yang membuat yield-nya menjadi naik.

Selain itu, ekspektasi pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari prediksi serta kenaikan inflasi membuat pelaku pasar melihat ada peluang The Fed akan mengurangi program pembelian aset (quantitative easing/QE) atau yang dikenal dengan istilah tapering, yang bisa memicu taper tantrum.

Taper tantrum pernah terjadi pada 2013 hingga 2015, saat itu kurs rupiah melemah hingga lebih dari 50%.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pelaku Pasar Mulai Akhirnya Ambil Posisi Jual Rupiah

Sentimen pelaku pasar berubah drastis dalam 2 pekan terakhir terhadap rupiah dan mata uang Asia pada umumnya. Dolar AS yang dulunya "dibuang" kini berbalik diburu, dan giliran mata uang Asia yang "dibuang".

Hal tersebut terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters. Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.


Hasil survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (11/3/2021), menunjukkan posisi long pelaku pasar terhadap rupiah dan mata uang Asia lainnya kini berubah menjadi short.
Dua pekan lalu, pelaku pasar masih mengambil posisi beli dengan angka sebesar -0,51, tetapi kini berubah menjadi jual dengan angka 0,22.

Ini merupakan kali pertama pelaku pasar mengambil posisi jual rupiah sejak akhir Oktober lalu. Dampaknya sudah terlihat, sejak survei 2 pekan lalu dirilis hingga Kamis kemarin, rupiah sudah merosot 2% lebih.

Survei tersebut memang konsisten dengan pergerakan rupiah, sehingga menjadi peringatan akan potensi berlanjutnya pelemahan Mata Uang Garuda.

Menurut survei tersebut, kenaikan yield Treasury AS menjadi pemicu berbaliknya sentimen pelaku pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular