
Gagah Perkasa di Awal, Semakin Siang Rupiah Malah Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Jumat (12/3/2021). Namun, semakin siang penguatan rupiah justru semakin terpangkas.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,45% di Rp 14.330/US$. Penguatan rupiah terakselerasi hingga 0,66% di Rp 14.300/US$, tetapi sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat hingga tengah hari ini.
Perlahan-lahan penguatan rupiah terpangkas hingga tersisa 0,11% di Rp 14.380/US$, sebelum berada di Rp 14.370/US$, menguat 0,17% pada pukul 12:00 WIB.
Di sisa perdagangan hari ini, rupiah berpotensi menjaga penguatan dan menghentikan pelemahan 5 hari beruntun, tetapi untuk semakin melesat sepertinya peluangnya cukup kecil. Hal tersebut terindikasi dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang mayoritas lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
Periode | Kurs Pukul 8:54 WIB | Kurs Pukul 11:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.414,00 | Rp14.338,3 |
1 Bulan | Rp14.372,70 | Rp14.396,1 |
2 Bulan | Rp14.434,60 | Rp14.450,3 |
3 Bulan | Rp14.490,00 | Rp14.503,0 |
6 Bulan | Rp14.624,70 | Rp14.662,1 |
9 Bulan | Rp14.810,20 | Rp14.833,0 |
1 Tahun | Rp14.989,30 | Rp15.020,4 |
2 Tahun | Rp15.705,00 | Rp15.735,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Dolar AS sedang tertekan sejak Rabu lalu, yang membuat rupiah mampu menguat. Kamis kemarin, indeks dolar AS turun 0,44%, bahkan dalam 2 hari sebelumnya juga turun dengan total 0,53%.
Penurunan indeks yang mengukur kekuatan dolar AS masih berlanjut pagi ini, meski tipis saja 0,01% di 91,408.
Yield obligasi (Treasury) AS yang turun dari level 1,6% serta inflasi yang masih rendah membuat kecemasan akan taper tantrum mereda, dan dolar AS pun kehilangan keperkasaannya.
Pemerintah AS pada Rabu lalu melaporkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) dilaporkan masih rendah. CPI bulan Februari dilaporkan tumbuh 0,4% (month-to-month/MtM), sementara dibandingkan tahun lalu atau secara year-on-year (YoY) tumbuh 1,7%.
Inflasi inti, yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi dalam perhitungan tumbuh 0,1% MtM,, dan 1,3% YoY, turun dibandingkan bulan sebelumnya 1,4% YoY.
Penurunan inflasi inti secara YoY tersebut menunjukkan kenaikan harga-harga masih belum stabil, dan inflasi masih lemah.
"Data CPI sangat berguna untuk mengingatkan pelaku pasar jika inflasi di AS masih lemah," kata Joe Capurso, analis mata uang di Commonwealth Bank of Australia, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (11/3/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
