Data Lapangan Kerja Mengecewakan, Wall Street Dibuka Volatil

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
03 March 2021 21:55
Wall Street
Foto: CNBC

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak sangat volatil pada sesi awal perdagangan Rabu (3/3/2021), di tengah buruknya data lapangan kerja swasta dan penguatan kembali imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS.

Data penggajian AS per Februari menunjukkan hasil yang mengecewakan dengan hanya 117.000 lapangan kerja baru dibuka di sektor swasta. Ekonom dalam polling Dow Jones sebelumnya memprediksi angka 225.000 pada Februari, atau naik dari posisi Januari (174.000).

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 52 poin (+0,17 %) pada pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan 20 menit kemudian berbalik naik 85,5 poin (+0,27%) ke 31.476,99. S&P 500 surut 5,6 poin (-0,15%) ke 3.864,65 dan Nasdaq drop 73,9 poin (-0,55%) ke 13.284,92.

Padahal, kontrak berjangka indeks saham AS dua jam sebelumnya sempat menguat, dengan kenaikan Dow Futures hingga 205 poin. Namun semuanya berbalik setelah rilis data ketenagakerjaan.

Berbarengan dengan pembukaan pasar, yield obligasi pemerintah AS berjatuh tempo 10 tahun juga kembali naik, sebesar 6 basis poin (bp), menjadi 1,47%. Imbal hasil obligasi acuan tersebut sempat menyentuh 1,6% pekan lalu yang dikhawatirkan menekan kinerja emiten.

Pelaku pasar masih labil melihat fenomena kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah, karena bisa berujung pada kenaikan biaya pendanaan emiten, terutama di sektor teknologi. Pada Selasa, indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 143 dipicu koreksi saham Intel sebesar 2,6%.

Indeks S&P 500 anjlok 0,8% bersamaan dengan turunnya Nasdaq (-1,7%) akibat koreksi saham Facebook, Microsoft, Amazon, Apple, Netflix dan Alphabet (induk usaha Google). Indeks saham berkapitalisasi pasar kecil, yakni Russell 2000, juga tertekan sebesar 1,93%.

"Secara umum, beli di kala koreksi masih ada dan dijalankan... Meski ada goncangan beberapa hari ini tetapi indeks S&P 500 telah meroket 1,55% sepanjang pekan ini didominasi saham yang diuntungkan dari pembukaan ekonomi," tutur Jim Paulsen, Kepala Perencana Investasi Leuthold Group, sebagaimana dikutip CNBC International.

Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan pasokan vaksin yang cukup untuk memvaksinasi semua orang dewasa di AS pada akhir Mei, atau 2 bulan lebih cepat dari jadwal sebelumnya. Vaksinasi saat ini dinilai sebagai kunci pemulihan ekonomi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular