Rupiah Sudah Lama Teraniaya, Sekarang Diangkat Derajatnya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 March 2021 09:25
BANK BNI-RESULTS/
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Beawiharta/)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Berbagai sentimen positif dari luar negeri berhasil mendongkrak rupiah yang akhir-akhir ini terpuruk.

Pada Selasa (2/3/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.250 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Namun beberapa menit kemudian rupiah masuk jalur hijau. Pada pukul 09:09 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.240 di mana rupiah menguat 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,07% di hadapan dolar AS. Dalam sebulan terakhir, rupiah sudah melemah 1,71%.

Ini membuat rupiah punya ruang untuk membukukan technical rebound. Rupiah yang sudah 'murah' tentu akan menarik di mata investor.

Namun sejatinya faktor eksternal yang lebih berperan dalam mengerek kinerja rupiah. Pertama, House of Representatives (salah satu dari dua kamar legislatif di AS) meloloskan paket stimulus fiskal bernilai US$ 1,9 triliun untuk mengatasi dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Paket stimulus ini akan dibahas oleh Senat pekan ini.

"Saya sudah berbicara dengan Nancy Pelosi (Ketua House) dan mengucapkan terima kasih. Saya berharap (paket stimulus) bisa segera dilaksanakan, kita tidak boleh membuang waktu. Rakyat telah mengalami penderitaan yang terlalu berat dan lama," tegas Joseph 'Joe' Biden, Presiden AS, sebagaimana diwartakan Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Masa Depan Kayaknya Cerah

Kedua, pemulihan ekonomi dunia sepertinya berada di jalur yang benar. Ini terkonfirmasi dengan data aktivitas manufaktur yang meningkat.

IHS Markit dan JPMorgan melaporkan, aktivitas manufaktur dunia yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI) berada di 53,9 pada Februari 2021. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 53,6.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Skor di atas 50 menandakan industriawan berada di fase ekspansi.

"Sektor manufaktur global menunjukkan daya tahan menghadapi gelombang kedua pandemi virus corona. Kabar baiknya lagi, penciptaan lapangan kerja mulai terlihat," kata Olya Borichevska, Global Economist JPMorgan, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Ketiga, ada kabar baik dari vaksin anti-virus corona. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (US FDA) telah memberikan izin penggunaan darurat untuk vaksin buatan Johnson&Johnson. Berbeda dari vaksin lain, bikinan J&J hanya butuh satu dosis untuk membentuk kekebalan tubuh menghadapi virus corona.

"Empat juta dosis sudah ada di truk dan siap dikirim ke berbagai tempat di AS," ungkap Paul Stoffels, Chief Scientific Officer J&J, seperti diberitakan Reuters.

Tiga kabar ini membawa optmisme yang luar biasa di pasar keuangan dunia. Dini hari tadi, bursa saham New York menguat tajam di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 1,95%, S&P 500 melesat 2,38%, dan Nasdaq Composite meroket 3,01%.

"Kondisi makroekonomi yang terus membaik, ditambah dengan vaksinasi yang semakin cepat, memberi gambaran akan masa depan yang lebih cerah. Sentimen di pasar sedang sangat positif," ujar Keith Buchanan, Portfolio Managers di Globalt yang berbasis di Atlanta (AS), seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular