
Wall Street Pesta Pora, Bursa Asia Dibuka Cerah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia kembali dibuka cerah bergairah pada Kamis (25/2/2021), mengikuti bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang ditutup positif akibat respons positif pelaku pasar terkait pidato ketua bank sentral AS, Jerome Powell.
Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka meroket 1,35%, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,25%, Shanghai Composite China menguat 0,85%, Straits Times Index (STI) Singapura melesat 1,03% dan KOSPI Korea Selatan terbang 1,31%,
Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup cerah bergairah pada perdagangan Rabu (23/2/2021) waktu setempat, setelah sebelumnya tertekan oleh kenaikan yield obligasi pemerintah AS dan akibat aksi ambil untung (profit taking) investor.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 1,35% ke level 31.961,86, S&P 500 melesat 1,14% ke 3.925,4 dan Nasdaq Composite menguat 0,99% ke 13.597,97.
Wall Street mulai menunjukkan tanda-tanda beringasnya lagi dan Sinyal Powell akhirnya direspons positif oleh pasar.
"Kebijakan moneter akomodatif dan perlu terus akomodatif ... Harapkan kami untuk bergerak dengan hati-hati, sabar, dan dengan banyak peringatan dini," kata sang nakhoda The Fed, sebagaimana diwartakan Reuters.
Otoritas moneter AS itu memperkirakan ekonomi Paman Sam akan mengalami ekspansi 6% tahun ini. Namun Powell selalu menegaskan bahwa pemulihan ekonomi tidak berarti harus melakukan pengetatan moneter.
Suku bunga acuan masih akan ditahan rendah. The Fed juga akan melanjutkan program pembelian aset seperti obligasi pemerintah sebesar US$ 120 miliar setiap bulannya sampai ada tanda-tanda kemajuan yang signifikan.
Likuiditas yang berlimpah dan ekonomi AS yang mulai bergeliat seiring dengan program vaksinasi yang berjalan agresif, ketakutan inflasi yang tinggi pun mendapat sorotan dari berbagai pihak. Salah satunya adalah anggota Kongres dari Partai Republik.
"Baik itu GameStop, Bitcoin, real estat, komoditas, kami melihat harga aset yang cukup tinggi dan tanda-tanda inflasi," kata Senator Republik Pat Toomey. Powell pun merespons bahwa untuk saat ini fokus utama adalah mengembalikan ekonomi di jalurnya.
Untuk sampai ke sana uluran tangan bank sentral masih diperlukan. Apalagi saat ini kondisi pemulihan ekonomi juga tidak terjadi secara merata. Kendati laju vaksinasi di AS tembus 1,5 juta orang per hari dan kasus Covid-19 turun, banyak masyarakat yang masih menderita.
Ada 10 juta pekerjaan yang hilang saat krisis kesehatan tersebut membuat kebijakan karantina wilayah diterapkan termasuk di AS.
Wajar sebenarnya jika Powell membawa-bawa isu ketenagakerjaan karena The Fed diberi dua mandat utama (dual mandate) yaitu memaksimalkan serapan tenaga kerja dan menjaga stabilitas harga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
