
Naik 4 Hari Beruntun, Dolar Singapura Tembus Rp 10.650/SG$

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar dolar Singapura menguat lagi melawan rupiah pada perdagangan Senin (22/2/2021). Jika berhasil dipertahankan hingga penutupan perdagangan nanti, maka dolar Singapura akan mencatat penguatan 4 hari beruntun.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi ini menguat 0,32% ke Rp 10,650,06/SG$ di pasar spot. Dalam 4 hari terakhir hingga ke level tersebut, Mata Uang Negeri Merlion ini menguat 1,6%.
Dolar Singapura mulai menanjak sejak Rabu pekan lalu saat rilis data menunjukkan ekspor non-minyak Singapura bulan Januari naik 12,8% year-on-year (YoY), dan sudah naik dalam 2 bulan beruntun.
Hal tersebut tentunya menjadi kabar bagus, permintaan dari negara mitra dagang Singapura sudah mulai pulih, apalagi kenaikan ekspor tersebut lebih tinggi dari konsensus 5,4% di Trading Economics.
Kenaikan ekspor tersebut terutama didorong oleh pengiriman mesin, emas non moneter, pertrokimia, dan barang-barang elektronik, sebagaimana dilansir The Strait Times, Rabu (17/2/2021).
Ekonom UOB, Barnabas Gas mengatakan, tingginya ekspor menguatkan pandangan UOB jika pemulihan ekonomi global serta naiknya harga minyak mentah akan memberikan momentum bagi ekspor Singapura.
"Ini (kenaikan ekspor) menunjukkan pengiriman produk seperti bahan kimia, petrokimia, dan peralatan elektronik yang merosot pada tahun lalu akan menjadi positif di tahun ini," kata Gas.
Sementara itu rupiah mengalami tekanan setelah Bank Indonesia (BI) pada pekan lalu menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 3,5%.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17-18 Februari 2021 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo usai RDG, Kamis (18/2/2021).
Selain itu, BI juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 4,3% sampai 5,3% dari sebelumnya 4,8% sampai 5,8%.
Sehari setelahnya, BI merilis data Necara Pembayaran Indonesia (NPI) yang menunjukkan pada kuartal IV-2020, transaksi berjalan (current account) membukukan surplus US$ 0,8 miliar atau setara 0,3% dari Produk Domestik Bruto. Lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu surplus US$ 1 miliar atau 0,4% PDB.
Surplus transaksi berjalan yang berperan besar dalam mempengaruhi pergerakan rupiah, sebab menggambarkan arus devisa yang lebih stabil. Kala transaksi berjalan surplus, maka rupiah punya modal untuk menguat, begitu juga sebaliknya ketika defisit akan menjadi sentimen negatif bagi Mata Uang Garuda.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Singapura Tumbuh Tinggi, Dolarnya Makin Mahal dong?
