Saham Bank Ganesha Bolak Balik Dipompom Rumor Akuisisi

chd, CNBC Indonesia
18 February 2021 15:13
bank ganesha
Foto: Facebook/Ganesha Club

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) kembali bergerak liar seperti dua tahun lalu saat dikabarkan akan dicaplok PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Saham tersebut bergerak liar karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang mencanangkan konsolidasi dan memperkuat modal inti perbankan.

Rencana OJK tersebut tentu saja membuat saham-saham bank kecil jadi incaran banyak investor. Harapanya, setelah dicaplok oleh pemodal besar harga saham akan mengalami peningkatan karena akan terjadi valuasi ulang karena ada suntikan modal baru dari investor baru.

Tercatat saham BGTG bergerak melesat 3,7% ke level Rp 112/unit pada pukul 13:35 WIB atau selang 5 menit setelah perdagangan sesi II dibuka.

Selama sepekan terakhir, saham BGTG telah melesat hingga mencapai 47,95% dan selama 6 bulan terakhir saham BGTG telah meroket hingga 111,76%.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham BGTG pada perdagangan sesi II hari ini mencapai Rp 47,1 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 374,1 juta lembar saham.

Investor asing pun tak ketinggalan momen dengan memborong saham BGTG di pasar reguler sebanyak Rp 350 juta.

Bank Ganesha sempat disebut-sebut sebagai salah satu bank yang akan diakuisisi oleh BCA pada Agustus 2018. Namun kabar tersebut akhirnya terbantahkan karena BCA akhirnya memcaplok Royal Bank Indonesia dan Rabobank.

Presiden Direktur Bank Ganesha, Lisawati, pada waktu itu mengatakan tidak mengetahui isu tersebut.

"Kami belum tahu isunya (diakuisisi BCA), belum mengerti. Sampai saat ini belum ada aksi korporasi," jelas dia saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (28/8/2018).

Pada waktu itu, Bank Ganesha berencana mengembangkan sistem teknologi dan informasi (TI) pada 2018. Tujuannya, agar bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan fintech.

BGTG juga berencana menjalin kerja sama dengan fintech peer-to-peer lending (P2P) Investree. Untuk pengembangan IT BGTG mengalokasikan modal belanja (capital expenditure) Rp 25 miliar. Dana capex ini juga akan digunakan untuk layanan aplikasi mobile banking bernama Bangga.

Profil Bank Ganesha

Bank Ganesha didirikan pada tahun 1990 dan resmi beroperasi pada tanggal 30 April 1992. Bank Ganesha mendapat ijin usaha sebagai bank umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam SK No.393/KMK-013/1992 tanggal 14 April 1992.

Kemudian pada tahun 1995, status Bank Ganesha mendapatkan persetujuan menjadi Bank Devisa, sesuai SK Bank Indonesia No.28/66/KEP/DIR tanggal 12 September 1995.

Bank Ganesha resmi tercatat (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Mei 2016 dengan kode saham BGTG.

Saat ini, pemegang saham BGTG antara lain PT Equity Development Investment Tbk dengan porsi kepemilikan saat ini sebesar 29,86% dan jumlah saham yang dimiliki sebanyak 3,34 miliar.

Berikutnya ada UOB Kay Hian Pte Ltd. Yang memiliki porsi 12,42% dengan jumlah saham yang dimiliki sebanyak 1,39 miliar lembar saham. Sedangkan sisanya yakni 57,72% dimiliki oleh publik.

Dalam kinerja keuangan Bank Ganesha, per 30 September 2020 perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 13,3 miliar. Angka ini mengalami penurunan sebesar 52% dari periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 27,96 miliar.

Sejalan dengan turunnya laba perseroan, pendapatan bunga bersih perseroan pada kuartal III-2020 juga turun 10% menjadi Rp 126,8 miliar dari sebelumnya pada kuartal III-2019 sebesar Rp 140,6 miliar.

Rasio margin pendapatan bunga bersih (net interest margin/NIM) perseroan juga turun 0,63 poin menjadi 4,03% per 30 September 2020. Adapun rasio kredit macet (non-perfoming loan/NPL) bersih perseroan naik 2,24 poin menjadi 3,3% per 30 September 2020.

Dari posisi neraca, total liabilitas perseroan per 30 September 2020 sebesar Rp 4,76 triliun atau turun 1,6% dari periode Desember 2019 yang sebesar Rp 4,81 triliun.

Sementara itu, total ekuitas perseroan naik 0,56% dari sebelumnya pada akhir tahun 2019 sebesar Rp 1,14 triliun menjadi Rp 1,15 triliun pada 30 September 202. Adapun total aset perseroan per 30 September 2020 turun 1,08% menjadi Rp 4,76 triliun.

 Rasio

30 September 2020

30 September 2019

Net Interest Margin (NIM)

4,03%

4,66%

Non-Perfoming Loan (NPL) Netto

6,32%

3,64%

Loan to Deposit Ratio (LDR)

78,98%

79,47%

Sumber: Refinitiv dan Laporan Publikasi Perseroan

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular