Bursa Asia Babak Belur, Cuma Hang Seng yang Bertahan

Market - Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
17 February 2021 16:47
Kantor pusat KEB Hana Bank di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 23 Juli 2020. (AP/Ahn Young-joon)(AP Photo/Ahn Young-joon) Foto: Kantor pusat KEB Hana Bank di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 23 Juli 2020. (AP/Ahn Young-joon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia mayoritas ditutup di zona merah pada Rabu (17/2/2021), di tengah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).

Hanya indeks Hang Seng Hong Kong saja yang mampu bertahan di zona hijau dan melesat hingga 1,1% ke level 31.084,94, walaupun pada saat pembukaan dibuka melemah.

Sedangkan sisanya ditutup melemah dan tak mampu menahan derasnya aksi jual investor. Indeks KOSPI Korea Selatan yang paling dalam koreksinya pada hari ini, yakni terkoreksi 0,93% ke level 3.133,73.

Sementara untuk indeks Nikkei Jepang juga ditutup melemah 0,58% ke level 30.292,19 dan Straits Times Index (STI) terdepresiasi 0,51% ke level 2.920,43.

Adapun untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ikut terseret pelemahan bursa saham Asia pada hari ini, di mana indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ambles 1,03% ke level 6.227,73.

Padahal pada perdagangan sesi I hari ini, IHSG sempat menyentuh level psikologisnya di 6.300, namun keberuntungan IHSG hari ini pun hanya sebentar saja.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini sebesar Rp 13,1 triliun, tergolong kecil apabila dibandingkan dengan rata-rata transaksi bulan lalu yakni sekitar Rp 20 triliun. Terpantau investor asing menjual bersih Rp 38 miliar di pasar reguler.

Di Asia, data ekonomi yang dirilis pada hari ini adalah data neraca perdagangan dan ekspor-impor Jepang periode Januari 2021.

Berdasarkan data dari Trading Economics, ekspor Negeri Sakura tersebut naik menjadi 6,4% di Januari 2021 dari sebelumnya di angka 2% pada Desember 2020. Tercatat impor juga mengalami kenaikan walaupun masih di zona negatif, yakni naik menjadi -9,5% di Januari 2021.

Adapun neraca dagang Jepang turun menjadi ¥-323,9 miliar dari sebelumnya di Desember 2020 sebesar ¥ 749,6 miliar.

Investor global memantau pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah AS yang naik 9 basis poin pada Selasa (16/2/2021), sehingga melewati angka 1,3% yang merupakan level tertinggi sejak Februari 2020. Imbal hasil obligasi tenor 30 tahun juga menyentuh level tertinggi dalam setahun.

Pelaku pasar Wall Street yakin bahwa kenaikan suku bunga acuan bisa mendorong investor berpindah dari saham ke obligasi, yang bisa menekan saham teknologi sebagai saham yang selama ini diuntungkan dari rezim suku bunga rendah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Berubah Arah, Tiba-tiba Bursa Asia Kompak Memerah


(chd/chd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading