Semangat Pagi! Bursa Asia Dibuka Dengan Atmosfer Positif

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
02 February 2021 08:37
Passersby are reflected on an electronic board showing the exchange rates between the Japanese yen and the U.S. dollar, the yen against the euro, the yen against the Australian dollar, Dow Jones Industrial Average and other market indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia kembali dibuka menguatpada Selasa (2/2/2021), mengikuti bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang ditutup bergairah pada perdagangan awal Februari kemarin.

Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,28%, Hang Seng Hong Kong melesat 1,68%, Shanghai Composite China tumbuh 0,16%, Straits Times Index (STI) Singapura terapresiasi 0,34%, dan KOSPI Korea Selatan tumbuh 0,52%.

Beralih ke Negeri Paman Sam, bursa saham Wall Street ditutup bergairah pada perdagangan Senin (1/2/2021) waktu setempat, menyusul optimisme pasar bahwa "angin ribut" akibat kasus GameStop tak bakal menekan Wall Street secara sistemik.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0.76% ke level 30.211,91. S&P 500 melesat 1,61% ke posisi 3.773,86 dan Nasdaq Composite meroket 2,55% ke 13.403,40.

Saham GameStop yang mencuri perhatian karena menjadi ajang perlawanan investor ritel terhadap hedge fund pelaku jual kosong (short selling) anjlok 30,8%. Pada pekan lalu, saham perseroan melompat hingga 400%. Saham lainnya yakni AMC Entertainment cenderung flat.

Short selling adalah transaksi di mana investor melakukan penjualan saham yang tak dimiliki. Dia meminjam saham dari sekuritas dan menjualnya sekarang, untuk dibeli ketika sahamnya ambruk ke depan dan mengembalikannya ke sekuritas dengan nilai lebih kecil.

"Munculnya volatilitas sepekan lalu lebih didorong pemosisian pasar ketimbang kekhawatiran mengenai pertumbuhan kinerja saham," tutur Mark Haefele, Kepala Divisi Investasi UBS Global Wealth Management, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Kebanyakan hedge fund, lanjut dia, kini telah menyesuaikan risiko dari posisi short selling mereka demi menghadapi kepungan investor ritel. Oleh karena itu, tekanan terhadap pasar sudah cenderung berkurang.

Penyedia layanan online trading Robinhood mengumumkan bahwa pihaknya meraih dana US$ 2,4 miliar dari investor setelah aksi tersebut memaksanya menaikkan dana minimum yang dipersyaratkan hingga 10 kali dari posisi sekarang.

Ini mencerminkan bahwa investor yakin bahwa fenomena-yang menurut Goldman Sachs merupakan yang terbesar dalam 25 tahun terakhir-tersebut tak bakal memukul Wall Street.

"Meski ada ketakpastian di seputar efek buruk kenaikan harga saham yang tengah jadi target short, kami tak melihat adanya kemuncnulan krisis likuiditas a la 1998," tutur Sam Stovall, Kepala Perencana Investasi CFRA, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Sayangnya, kabar negatif masih muncul dari dunia politik, yakni 10 anggota Senat dari Partai Republik mengirim surat ke Presiden AS Joe Biden untuk menurunkan nilai stimulus yang diajukannya (US$ 1,9 miliar), dengan mengajukan proposal tandingan.

Proposal tersebut bakal memangkas nilai bantua langsung tunai (BLT) ke warga AS dari US$ 1.400 per orang menjadi US$ 1.000/orang. Selain itu, bakal ada pembatasan maksimum pendapatan bagi penerimanya, yakni harus di bawah US$ 40.000 (Rp 561 juta) per tahun.

Manuver itu muncul setelah Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan bahwa pihaknya akan meloloskan resolusi anggaran, menjadi langkah pertama untuk mengesahkan proposal stimulus US$ 1,9 triliun tanpa harus mendapat persetujuan dari anggota Senat dari Partai Republik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular