BI: Bank Masih Ragu Salurkan Kredit

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
30 January 2021 20:00
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti di acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2020 di The Ritz Carlton Ballroom, Pasific Place, Jakarta, Rabu 26/2/2020. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti di acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2020 di The Ritz Carlton Ballroom, Pasific Place, Jakarta, Rabu 26/2/2020. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengatakan pertumbuhan kredit masih akan menghadapi sejumlah tantangan, karena di tengah pandemi Covid-19 saat ini, bank masih ragu untuk menyalurkan kredit.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menjelaskan, saat ini perbankan tampak masih ragu dalam menyalurkan kredit, karena pandemi Covid-19 belum usai. Disisi yang lain, dana pihak ketiga (DPK) perbankan masih terus meningkat.

Destry memandang perlu ada keseimbangan antara pertumbuhan kredit dan DPK, untuk menjaga stabilitas kinerja perbankan.

"Melihat ke depan ini tantangannya masih tinggi. Sementara, kalau kita melihat pertumbuhan dana pihak ketiga juga tumbuhnya tinggi 11%. Sementara kredit bank justru menurun sekitar minus 2%," ujarnya dalam sebuah webinar, Sabtu (30/1/2021).

Sementara itu, perbankan juga saat ini masih bimbang untuk bisa menurunkan bunga kredit, karena masih minimnya permintaan atau demand dari masyarakat. Ditambah, perbankan masih harus membayarkan bunga simpanan di tengah DPK yang semakin meningkat.

"Jadi bank ini kan juga di satu sisi dia harus bayar (bunga) DPK-nya, sementara penerimaan bank dari kredit juga berkurang ini memang nantinya dibutuhkan 1 keseimbangan," kata Destry melanjutkan.

Oleh karena itu, menurut dia bunga kredit seharusnya masih bisa masuk dalam tren penurunan, seiring dengan kebijakan BI yang mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,75%.

Menurut dia, kolaborasi antar pemangku kebijakan, baik BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan pemerintah masih perlu dilakukan bersama untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional (PEN).


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Rp16.200 BI Rate Naik Jadi 6,25%, Ini Alasannya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular